|
BOJONEGORO - Meskipun sudah mulai surut, sejumlah warga yang berada dibantaran bengawan solo masih dihantui kecemasan akan datangnya banjir yang lebih besar. Hal ini beralasan karena permukaan Bengawan Solo masih menunjukkan siaga satu. Hal ini nampak saat kunjungan Ikatan Keluarga Wakil Rakyat (Ikawara) DPRD Bojonegoro Di Desa Tuluangagung dan Desa Kemiri, Kecamatan Malo, Bojonegoro. Ikut dalam rombongan tujuh istri anggota dewan yang dipimpin istri Ketua Dewan Sofia Sumarni Syaifudin. Dan ikut dalam rombongan Camat Malo Mdairin beserta sejumlah stafnya. Dibandingkan rabu lalu, air memang mulai surut dan hanya sebagian saja yang masih menggenangi rumah warga, namun sejumlah sawah yang kebanyakan sudah ada tanamannnya masih direndam air. Di Desa Tulungagung sendiri ada tiga Dusun yang rabu lalu terendam banjir yakni Dusun Tuluangagung, Rendeng dan Dusun Sudah. Menurut Kasmidi, Kepala Desa Tulungagung ketika terjadi banjir rabu lalu air menggenangi jalan, sawah, pekarangan dan rumah warga. " Tanaman palawija yang ada yakni kacang hijau, kacang tanah, cabe, jagung dan padi dengan luasnya sekitar 30 hektar hampir mati karena terendam air. Padahal tanaman itu baru ditanam sekitar 20 hingga 25 hari," jelasnya. Hal ini dibenarkan Ngaini, salah satu warga yang ditemui koran ini. Menurut perempuan berusia sekitar 70 tahun ini seluruh tanaman yang ada di pekarangannya kini tidak bisa diharapkan. " Semuanya lunas (mati) nak, seperti itu sebenarnya ada winehnya (benih padi) tapi karena tergenangi air jadi sudah nggak ada harapan untuk hidup. Dan kalau nanti hujan lagi entah bagaimana keadaannya," ujarnya sambil menunjukan sepetak tanah yang sudah tergenangi air,"katanya. Bahkan rabu lalu, lanjut Ngaini sejumlah anak tidak sekolah karena takut terbawa banjir karena banjir sudah menggenangi jalanan dusunnya. Sementara itu, di Desa Kemiri ada tiga dusun yang tergenangi air yakni Dusun Kemiri, Dusun Semanding dan Dusun Gemolong. Menurut Kepala Desa Kemiri Mohammad Khumaidi, banjir yang terjadi kali ini dibanding setahun sebelumnya memang cukup besar. Dari 250 hektar lahan sawahnya yang tergenang ada sekitar 213 hektar. " Dan itu sebagian sudah tidak mungkin lagi bisa ditumbuhi karena umumnya padi yang tergenang itu dalam proses pengisian bulir jadi ketika digenangi sudah sulit tumbuh, tapi sebagian masih memungkinkan untuk tumbuh lagi," jelasnya. Kerugian sementara akibat banjir tersebut lanjut Khumaidi ada sekitar Rp 500 juta. Sedangkan untuk rumah warga ketika banjir besar terjadi rabu lalu ada 150 rumah warga yang tergenang. "Namun kejadian itu paling-paling terjadi hanya sekitar 2 hingga 3 jam, setelah itu mulai surut dan hanya menggenangi pekarangannya saja," jelasnya,. Menurut Madirin, Camat Malo, yang menyertai rombongan Ikawara memang banjir ynag terjadi sampai masuk kerumah wraga namun hal itu sifatnya sementara. " Karena kalau sudah meluber biasanya dari sudetan sedayu lawas, lamongan dibuka sehingga aliran menjadi lancar dan tidak banjir lagi,"jelasnya. Sementara itu rombongan Ikawara yang dipimpin oleh istri Ketua DPRD BOjonegoro Sofia Sumarni Syaifudin. kepada para korban banjir ini mereka membagikan bingkisan yang berupa kebutuhan pokok terdiri dari supermie, minyak goreng, gula serta sejumlah kebutuhan pokok lainnya. " Ini spontan kami lakukan setelah membaca salah satu koran. Dan ini kami lakukan untuk turut meringankan beban dari korban bnajir. Meskipun besarnya tidak seberapa, semoga saja ini bisa bermanfaat bagi mereka," ujar Sofia. (uus) Post Date : 08 April 2005 |