|
BULUKUMBA -- Warga masyarakat Bulukumba, terutama yang berada di dalam kota, mengeluh lantaran sudah empat hari air PDAM tak mengalir. Belum lagi, selama seminggu air bersih selalu mandek. Imbasnya, masyarakat sangat kesulitan memperoleh air bersih. Akibat tidak mengalirnya air dari PDAM sejak Senin 14 November lalu, hingga Kamis 17 November kemarin, warga mengancam akan melakukan aksi demo di kantor PDAM Bulukumba. Sebab, batas kesabaran warga sudah memuncak, lantaran sulit mendapatkan air. Salah seorang warga yang juga aktivis LSM, Mahir Afandy, kepada Fajar, Kamis 17 November kemarin, mengancam akan menggelar aksi, jika pihak PDAM tak segera mencari solusi untuk kembali mengalirkan air bersih ke rumah-rumah warga. "Jelas kami sangat kesulitan dengan tak mengalirnya air. Belum lagi air yang mengalir itu sangat kotor. Kalau ini tak dituntaskan secepatnya, maka kami atas nama pelanggan PDAM, akan turun melakukan aksi," warning Mahir. Mahir lalu mempertanyakan, alasan dari pihak PDAM tak dapat mengalirkan air, lantaran tagihan listriknya menunggak sehingga diputus PLN. Menurutnya, ini sangat tidak logis. Sebab, pemasukan PDAM setiap bulannya mencapai Rp100 juta jika merunut pada jumlah pelanggan sebanyak 5.000 orang dengan rincian semuanya membayar senilai Rp20 ribu. "Kami heran, PDAM hanya menunggak sebesar Rp20 juta kepada PLN, tapi tak mampu dibayar. Padahal, pemasukannya cukup besar. Jadi, dikemanakan pemasukan selama ini, yang diambil dari pembayaran tagihan air warga. Jelas, di dalam lingkup PDAM terjadi kisruh," ketus Mahir, seraya menyebutkan, gaji karyawan PDAM tak dibayarkan selama sebulan. Pelaksana tuga Dirut PDAM Bulukumba, Drs A Nasaruddin Gau, ketika dimintai tanggapannya menjelaskan bahwa, akibat pemutusan aliran listrik oleh PLN, maka air tak bisa dialirkan. Tapi, lanjut Andi Nas, semuanya juga dikarenakan sebagian pelanggan PDAM tak pernah lagi memenuhi kewajibannya membayar tagihan air. "Ada sebagian pelanggan yang tak pernah bayar tagihan airnya. Ini jelas mempengaruhi para pelanggan yang rajin memenuhi kewajibannya. Kami salut dengan warga di Kecamatan Bontobahari, yang rajin membayar tagihan, sehingga airnya tetap jalan. Sebab, perlu diketahui kalau kita banyak menggunakan listrik untuk suplai air. Karena itu, kami minta pelanggan dapat penuhi kewajibannya. Faktor lainnya, sumber air kita di Bontonyeleng memang sudah kering. Termasuk di Barabba, suplai air semula 40 liter per detik, sisa 20 liter per detik," ungkap Andi Nas, sembari menyebutkan, sisa uang kas senilai Rp6 juta. Sumber : (ram) Post Date : 18 November 2005 |