|
BANDUNG, (PR).- Beberapa warga penghuni bangunan kuno (heritage) di Jln. Braga Bandung, kesulitan memperoleh air bersih. Hal ini telah berlangsung selama bertahun-tahun. Warga berharap, Pemerintah Kota Bandung memerhatikan kelayakan infrastruktur air di sekitar Jln. Braga. Salah seorang warga Lingling, mengaku bahwa pasokan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung, telah berhenti hampir sepuluh tahun lalu. Untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya, ia terpaksa membeli ke PDAM Kota Bandung dengan cara dikirim menggunakan truk tangki seharga Rp 80.000,00/tangki berisi 3.500 liter. "Satu tangki air itu kami beli dari PDAM setiap sepuluh hari," katanya, ketika ditemui di rumah dan tokonya di Jln. Braga, Kota Bandung, Rabu (26/11). Padahal, sebagai pelanggan PDAM, Lingling tetap membayar abodemen Rp 20.000,00/bulan. Kejadian itu telah ia laporkan berkali-kali ke PDAM Kota Bandung. Lingling mengaku, petugas PDAM Kota Bandung memang telah memeriksanya tiga kali. Namun, pasokan air tetap tidak ada. Untuk menghemat air, Lingling menadah air hujan dan digunakannya untuk mengepel lantai rumah. Lingling sangat menyesalkan kelangkaan air bersih tersebut. Baginya, hal itu sangat ironis mengingat Jln. Braga kerap dijadikan objek wisata unggulan oleh Pemkot Bandung. Warga lainnya bernama Pauline, mengaku kurangnya pasokan air bersih membuat keadaan toko kue tempat ia bekerja menjadi sulit. Pasalnya, para tamu jadi sulit menggunakan toilet dan wastafel. Padahal, restoran yang berusia 80 tahun itu kerap dikunjungi wisatawan mancanegara terutama Belanda. "Malu kan kalau begini terus. Air berhenti ngocor sama sekali sejak setahun terakhir," ujarnya. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, Pauline mengangkut air dari rumah-rumah familinya yang terletak di beberapa tempat di Kota Bandung. Setiap hari, tak kurang dari 20 jerigen air bersih dikirimkan ke toko kue yang terletak di Jln. Braga No. 20-22 itu. Ia mengaku heran, karena pasokan air hanya sulit dirasakan di Jln. Braga. Sementara, di Jln. Tamblong dan Jln. Sumatera, air bersih mudah diperoleh. "Kami sampai bosan mengadu," ujarnya. Ketika dikonfirmasi, Humas PDAM Kota Bandung Melyana mengatakan bahwa ia telah meminta agar petugas di bagian distribusi air bersih PDAM memeriksa kondisi lapangan di Jln. Braga. Melyana menjelaskan, beberapa kemungkinan penyebab minimnya pasokan air bersih di Jln. Braga. Dugaan pertama yaitu pipa distribusi air bersih yang digunakan di rumah-rumah di sepanjang jalan tersebut, memang banyak yang sudah tua. Kedua, kemungkinan ada pengguna mesin pompa penyedot air, sehingga membuat pasokan air banyak tersedot ke bangunan pemilik pompa. Ketiga, para pemilik rumah tidak tahu jam gilir air. "Mungkin juga mereka tidak membuka keran air pada saat jam gilir air. Tapi, itu baru beberapa kemungkinan. Kami masih harus menunggu petugas yang mengecek lapangan," ujarnya. Melyana menampik jika pasokan air bersih di Jln. Braga, sama sekali tidak mengalir selama bertahun-tahun. "Kalau tidak ngalir selama itu, pasti warga akan minta diputus. Ini buktinya tidak," ujarnya. (A-156) Post Date : 27 November 2008 |