Warga Bertahan di Pengungsian

Sumber:Kompas - 10 Februari 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

BANDUNG, KOMPAS - Hujan yang terus turun sepekan terakhir memaksa ribuan warga Desa Baleendah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, yang menjadi korban banjir akibat luapan Sungai Citarum bertahan di pengungsian. Selain air bah yang belum juga surut merendam rumah mereka, warga juga mengkhawatirkan datangnya banjir susulan yang lebih besar, seperti terjadi pada hari Minggu lalu.

Hingga Selasa (9/2), warga telah mengungsi selama sembilan hari sejak banjir besar melanda kawasan itu, Sabtu, akhir Januari lalu. Camat Baleendah Usman Sayogi mencatat, lebih dari 3.000 rumah warga di wilayahnya terendam banjir.

Sekitar 32.000 warga menjadi korban musibah itu. Kini sebagian besar warga Kecamatan Baleendah telah kembali ke kampung masing-masing dan mulai membersihkan rumah mereka. Masih tersisa sekitar 2.000 warga di dua kampung yang bertahan di pengungsian, yakni Kampung Cieunteung, Desa Baleendah, dan Kampung Jambatan, Desa Andir.

Dadan (55), warga RT 1 RW 7 Desa Andir yang mengungsi ke aula Komite Nasional Pemuda Indonesia Kabupaten Bandung, menuturkan, ia bertahan di pengungsian sampai kondisi aman. Warga di pengungsian pun bersyukur masih ada sejumlah pihak yang mau menyumbang makanan.

"Kami di sini terutama memerlukan makanan dan susu bayi. Ada sekitar 60 bayi di bawah usia lima tahun yang turut mengungsi bersama orangtuanya," kata Dadan.

Selain itu, warga perlu obat-obatan untuk penyakit ringan, seperti pusing-pusing dan diare. Mereka juga kekurangan selimut dan tikar. "Kalau malam hari dingin sekali, tetapi waktu siang panas," ujar Wawa (48), warga lain.

Tidak betah

Kondisi serupa diungkapkan warga Kampung Cieunteung yang mengungsi di sepetak lahan kosong di Jalan Siliwangi, sekitar 0,5 kilometer dari Cieunteung. Unang (65), warga RT 1 RW 28, menuturkan, dirinya sudah tidak betah di pengungsian.

Ia berharap air segera surut dan ada upaya dari pemerintah daerah untuk mendesak agar Citarum segera dikeruk dan dilebarkan. "Kami bosan tiap tahun begini terus," katanya.

Bagi warga Baleendah, pengungsian seolah sudah menjadi rumah kedua. Bahkan sampai ada empat ibu yang melahirkan di pengungsian dalam tiga tahun terakhir. Selasa sore sekitar pukul 16.00, Ina (28), warga Kampung Cieunteung yang mengungsi di aula salah satu partai politik, melahirkan bayi laki-laki.

Lembaga donor, seperti Aksi Cepat Tanggap yang disponsori sebuah penyedia jasa telekomunikasi, juga membantu dengan menyediakan lima tenda bagi korban banjir. Namun, sejumlah warga mengeluhkan masih kurangnya pengungsian. Mereka berharap pemerintah daerah tanggap dan menambah tenda atau pengungsian. (REK)



Post Date : 10 Februari 2010