|
Jakarta, Kompas - Pembersihan sampah dan lumpur pascabanjir di Jakarta mulai dilakukan secara swadaya oleh masyarakat dengan dibantu aparat keamanan dari TNI dan kepolisian, Jumat (9/2). Mereka mengumpulkan sampah dan mengeruk lumpur serta menghilangkan genangan untuk mengantisipasi merebaknya kembali demam berdarah dan leptospirosis. Aksi bersih-bersih pascabanjir di Kwitang dan Kenari dimulai sejak Jumat pukul 07.00. Wali Kota Jakarta Pusat Muhayat turut serta dalam kegiatan ini bersama 1.836 keluarga di dua kawasan yang sempat direndam air setinggi 1 meter hingga 1,5 meter selama tiga hari. Pembersihan lingkungan pascabanjir juga dilakukan di beberapa kawasan lain di Jakarta Pusat, termasuk di Petamburan dan Tanah Abang. Di dua kawasan ini masih terdapat sekitar 4.000 pengungsi korban banjir. "Sebagian warga sudah mulai membersihkan rumahnya. Namun, pembersihan tidak dapat tuntas karena kurangnya air bersih. Bahkan, kami yang masih mengungsi pun sulit mendapat air bersih untuk minum dan kebutuhan lain," kata Dahlia, warga Gang Masjid Lama, Petamburan. Pemenuhan air bersih dipenuhi instalasi pengolahan air keliling yang rutin datang ke Petamburan dan kawasan banjir lain di Jakarta. Sementara itu, kekhawatiran berkembangnya penyakit leptospirosis (kencing tikus) pascabanjir di Jakarta mulai terbukti. Kemarin seorang lagi korban terduga leptospirosis dirawat di RS Cengkareng. Korban Saiyan (25), warga Jalan Kapuk RT 07 RW 13, Cengkareng Timur, Jakarta Barat, diduga menderita leptospirosis. Sehari sebelumnya, dua warga Jakarta juga diduga menderita penyakit ini. Adapun untuk mengurangi ancaman demam berdarah terhadap pengungsi, Puskesmas Jatinegara, Jakarta Timur, misalnya, kemarin, melakukan penyemprotan di tempat pengungsian Sekolah Santa Maria. Genangan di 22 kecamatan Lokasi genangan air di Jakarta, kemarin, sudah semakin berkurang meskipun masih menggenangi sejumlah kawasan di 22 kecamatan. Di Jakarta Pusat, air masih menggenang di Kelurahan Petamburan, Bendungan Hilir, dan Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, setinggi 10 sentimeter-50 sentimeter (cm). Di Jakarta Barat, air dengan ketinggian 10-150 cm masih menggenang di Kecamatan Tambora, Cengkareng, Kebon Jeruk, Kembangan, dan Kalideres. Di Jakarta Selatan, air berketinggian 10-250 cm masih menggenang di Kecamatan Pasar Minggu, Mampang Prapatan, Tebet, Kebayoran Lama, Kebayoran Baru, Cilandak, Pesanggrahan, dan Pancoran. Di Jakarta Utara, Kecamatan Tanjung Priok, Koja, Penjaringan, dan Cilincing, air berketinggian 10-135 cm juga menggenang. Adapun di Jakarta Timur air masih menggenangi Jatinegara, Pulo Gadung, dan Cakung dengan ketinggian 10-150 cm. Jumat pagi kemarin, seluruh Jalan Daan Mogot dan persimpangan Jalan Kiai Tapa-Makaliwe-S Parman, Jakarta Barat, misalnya, sudah kembali berfungsi. Hanya di sekitar Halte Taman Kota, Jalan Daan Mogot, masih terdapat genangan air. Jumlah tenda-tenda pengungsi di sepanjang kolong jembatan layang Daan Mogot juga sudah berkurang. Banjir yang melanda permukiman warga Karang Tengah dan Ciledug, Kota Tangerang, Jumat kemarin, juga sudah surut. Namun, warga masih tetap membutuhkan layanan kesehatan. Korban banjir di dua kecamatan tersebut pun kemarin meneruskan membersihkan rumah dan lingkungan mereka. Di Bekasi, meskipun air sudah semakin surut, akses jalan ke tiga desa di Kecamatan Muara Gembong hingga Jumat masih terhambat. Satu desa di antaranya, yaitu Desa Pantai Harapanjaya, nyaris terisolasi. Secara terpisah, Kepala Badan Pembinaan Keamanan Polri Komisaris Jenderal Iman Haryatna secara terpisah mengatakan, saat ini 12.000 polisi disebar di seluruh Jakarta untuk mengamankan situasi semasa dan pascabanjir. Banjir di tiga kabupaten di Jawa Barat, yakni Karawang, Subang, dan Indramayu, kemarin juga sudah semakin surut. Namun, banjir telah menyebabkan 35.488 hektar terendam. Kerugian yang dialami warga di tiga kabupaten itu miliaran rupiah. (nel/eca/win/cal/arn/cok/ong/tri/ine/naw/bur/cas/hln/ndy) Post Date : 10 Februari 2007 |