SUBANG, (PR).- Warga di Desa/Kecamatan Pamanukan dan Kampung Ciseuti, serta Tambakan Kec. Jalancagak Kab. Subang kini sulit mendapatkan air bersih sejak beberapa hari terakhir. Untuk keperluan sehari-hari, warga Pamanukan terpaksa harus antre di sumur resapan. Sementara itu, warga Jalancagak mengandalkan pasokan air dari mobil tangki milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Rangga.
Menurut Yuyun (45), warga Jalancagak, kesulitan air yang melanda desanya sudah dirasakan sejak dua hari lalu. Hal itu terjadi setelah air dari jaringan pipa PDAM tidak mengalir sama sekali. "Kami adalah pelanggan PDAM, namun entah mengapa air tidak bisa naik hingga ke permukiman warga," kata Yuyun, Rabu (6/11).
Dikatakannya, untuk keperluan sehari-hari mereka mendapat kiriman air dari pihak PDAM dengan menggunakan mobil tangki. Tetapi, pasokan air tersebut tidak cukup karena masing-masing warga hanya mendapatkan jatah seadanya.
Dengan demikian, pasokan air hanya bisa digunakan untuk minum dan cuci piring. Sementara untuk mandi mereka harus menggunakan air pancuran.
Hal serupa dikatakan salah seorang sopir mobil tangki, Yana (43) yang ditemui di Kampung Ciseuti. Menurut dia, sejak dua hari lalu, PDAM menyiapkan tiga unit mobil tangki. Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan warga pada dua desa di Kec. Jalancagak.
"Air PDAM tidak bisa naik ke daerah yang agak tinggi. Akibatnya, pasokan air semakin berkurang. Kalau kondisi ini terus berlangsung, kami khawatir krisis air bersih ini akan berlangsung lama. Mungkin PDAM harus segera menyiapkan mesin pompa air," kata Yana.
Sulitnya mendapatkan pasokan air bersih dialami pula warga Pamanukan. Sejak beberapa hari ini, mereka harus membeli air untuk minum dari pedagang keliling. Sementara untuk mandi dan cuci mereka mengambilnya dari sumur resapan yang airnya juga sudah mulai surut.
"Sedikitnya ada seratus kepala keluarga (KK) yang membeli air dari saya. Namun, mereka banyak yang tidak kebagian," kata Cariah (60), pedagang air bersih di RT 01 RW 01, Desa/Kec. Pamanukan.
Sumur mengering
Sementara itu, Ranto (34), warga Pamanukan mengatakan, kesulitan air bersih mulai melanda desanya sejak beberapa hari lalu. Menurut dia, kebutuhan air bukan hanya untuk minum dan memasak saja, namun untuk kebutuhan mandi pun juga sangat sulit.
Di desanya, menurut dia, hanya ada satu sumur resapan yang hanya bisa digunakan untuk mandi dan cuci. Akan tetapi, sumur itu pun sudah mulai mengering. Bahkan, untuk mendapatkan air dari sumur itu, warga terpaksa harus antre.
Kondisinya semakin sulit, menurut Ranto, karena selain sumur resapan banyak yang sudah mulai mengering, beberapa fasilitas penampungan air bersih gratis kini tidak mampu lagi untuk mencukupi kebutuhan warga sekitar.
Padahal, keberadaan penampungan air sangat membantu warga dalam mendapatkan air bersih, terutama ketika sumur-sumur resapan mengering.
"Fasilitas penampungan air bersih gratis yang dibangun di desa kami, hanya diisi beberapa kali saja. Terakhir, air dikirim pada dua pekan silam," katanya.
Adanya kondisi itu, Ranto dan beberapa warga lainnya berharap agar pengiriman air ke desanya lebih diperbanyak sehingga bisa memenuhi kebutuhan warga setempat. Apalagi, warga yang mengambil air dari tempat penampungan rata-rata berasal dari kalangan ekonomi lemah. (A-106)
Post Date : 05 November 2009
|