Jakarta, Kompas - Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla menyatakan untuk pengelolaan sampah dan sanitasi yang sarat masalah, pemerintah membutuhkan inovator yang tekun dan gigih serta tak pernah berhenti mengabdi. Sosok seperti Direktur BaliFokus Fondation Yuyun Yunia Ismawati merupakan inovator yang sekarang ini dibutuhkan.
Yuyun bisa menjadi penggerak bagi masyarakat lainnya dalam pengelolaan sampah dan sanitasi. Pernyataan Wapres Kalla itu disampaikan kembali oleh Binny Buchori, aktivis lembaga swadaya masyarakat, yang kini menjadi calon anggota legislatif asal Partai Golkar, saat mendampingi Yuyun Yunia Ismawati diterima Wapres Kalla di Istana Wapres, Jakarta, Rabu (6/5).
Yuyun Yunia Ismawati merupakan alumni Institut Teknologi Bandung (ITB), satu dari tujuh orang di dunia yang mendapat penghargaan Nobel Perdamaian dari Goldman Environmental Prize 2009. Ia dikenal sebagai aktivis lingkungan yang sejak 2003 melakukan pengelolaan sampah dan sanitasi di sejumlah kota dan kabupaten di Bali.
Kini, tercatat ada 300 kota kabupaten yang menerapkan sistem pengelolaan sampah dan sanitasi yang dikembangkan. Bahkan, setidaknya ada tiga negara yang sudah mengadaptasi sistem pengelolaan sampah dan sanitasinya. Tiga negara itu adalah Zambia, Afrika Selatan, dan Filipina.
”Pak Wapres mengatakan, kita membutuhkan seorang inovator seperti Yuyun yang setia menjalani pengabdiannya, penuh semangat dan tanpa berhenti untuk menangani sampah serta sanitasi di berbagai tempat,” kata Binny.
Menurut Binny, untuk memperbaiki lingkungan di permukiman kumuh, Yuyun mendorong masyarakat yang terkubur dengan masalah sampah dan sanitasi untuk mengatasinya secara mandiri.
”Melalui lembaga BaliFokus Fondation, ia menggerakakn solusi berbasis masyarakat untuk mengelola sampah serta memberi peluang kerja bagi warga berpenghasilan rendah untuk memperbaiki kualitas lingkungan,” lanjutnya.
Binny mengatakan, Yuyun bekerja sama dengan pebisnis hotel di kawasan Bali dengan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hotelnya untuk mengelola sampah-sampah hotel. ”Ia memisahkan sampah hingga 30 persen sehingga tidak menumpuk saat dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah,” ujarnya.
Pembakaran tidak tepat
Yuyun sendiri mengatakan, pengelolaan sampah dan sanitasi dengan cara melibatkan masyarakat akan membuat masalah limbah menjadi lebih mudah dipecahkan sebelum menjadi gunungan sampah di TPA yang sulit untuk diatasi. Cara pembakaran sampah (incenator) dinilainya tidak tepat karena hanya akan meningkatkan pemanasan bumi secara global dan terlepasnya zat- zat perusak lingkungan.
”Mengelola sampah pada tingkat yang lebih kecil memungkinkan sampah didaur ulang secara optimal, seperti dibuat kompos. Akibatnya, akan mengurangi terciptanya gas-gas rumah kaca sampai ke titik nol,” ujar Yuyun.
Untuk penghargaan tersebut, Yuyun mendapat 150.000 dollar Amerika Serikat. Penghargaan tersebut diterimanya bertepatan dengan Hari Bumi, 29 April 2009, di San Francisco, Amerika Serikat. (har)
Post Date : 07 Mei 2009
|