|
BANDUNG, (PR).- Banjir yang melanda sebagian besar wilayah Kota Bandung, menurut Wali Kota Dada Rosada, tidak bisa dihindari sebab curah hujan yang tinggi. Selain itu, banyaknya saluran air yang tertutup sampah maupun sungai yang mengalami sedimentasi (pendangkalan), mengakibatkan air hujan menggenang. Secara teknis, banjir kemarin sulit dihindari, ujarnya menjawab pertanyaan PR seusai menghadiri acara jaring aspirasi masyarakat pendidikan di SMK 8 Jln. Kliningan Kota Bandung, Senin (21/2). Dada mengakui, tidak sedikit infrastruktur saluran air (drainase) penuh dengan sampah akibat kurang disiplinnya masyarakat dalam membuang sampah dan beberapa sungai juga mengalami pendangkalan serta banyak sampah. Diperlukan partisipasi warga untuk membersihkan saluran air yang tersumbat sampah. Kemampaun pemkot sangat terbatas dari segi personel, dana, maupun alat, katanya. Di tempat yang sama, Kepala Dinas Bina Marga (DBM) Kota Bandung Rusjaf Adimenggala menyatakan, antisipasi banjir bukan hanya tugas Bina Marga, namun juga instansi lain, seperti Dinas Pengairan, Dinas Bangunan dan Dinas Tata Kota (DTK), serta masyarakat. Kuncinya, antara lain ada di masyarakat sendiri. Kalau kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sudah tumbuh, mungkin ancaman banjir bisa diminimalisir, ujar dia. Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Kota Bandung, Arif Ramdhani mendesak pemkot untuk melakukan perbaikan drainase dan sistem penyaluran air yang ada di Kota Bandung. Masih menggenang Menurut pantauan PR, hingga Banjir Senin (21/2) banjir masih menggenang beberapa komplek perumahan di Bandung Timur. Saya kira luapan air sekarang merupakan yang terbesar dibandingkan sebelumnya. Saya kira banjir ini adalah kiriman arus besar dari Bandung utara, ungkap Heri (42), warga Kompleks Riung Bandung. Di komplek ini, tinggi air pada Senin (21/2) dini hari sempat mencapai paha orang dewasa. Hingga siang menjelang sore kemarin, air masih belum surut. Selain warga Riung Bandung, sebagian warga Kompleks Bumi Panyileukan juga harus merelakan rumah-rumah mereka terendam air. Bagaimana air tidak melimpas karena gorong-gorong jalan tidak pernah menjadi perhatian pelaksana projek pembangunan Jalan By-Pass ini, ucap Albert Sihombing, sopir angkutan kota jurusan Cicaheum-Cibiru yang angkotnya mogok terjebak arus deras air di sekitar Gede Bage. Sebelumnya, walaupun di terminal peti kemas Gede Bage banjir, di sini tidak pernah. Sekarang rumah kami juga terendam. Ini mengindikasikan semakin parahnya kualitas infrastruktur baik penataan sungai, gorong-gorong, dan penahan limpasan air lainnya, ucap Muktamil Fikri, warga Blok D Griya Cempaka Arum. Bantuan Sementara itu, anggota DPRD Jabar Yomanius Untung mendesak Gubernur Jabar segera menyalurkan bantuan untuk para korban bencana dari pos bencana alam APBD Jabar. Jumlah anggaran yang disahkan untuk pos bencana alam mencapai Rp 45 miliar. Kalau memang ada kendala teknis belum ada persetujuan Depdagri, bisa menggunakan dulu dana talangan Bank Jabar atau dana lainnya, ucapnya. Yomanius menyatakan, terjadinya banjir karena curah hujan yang cukup lebat dalam dua hari menjadi pertanda buruknya kualitas infrastruktur, baik jalan maupun fasilitas masyarakat lainnya. Juga menjadi pertanda degradasi yang makin besar terhadap kualitas lingkungan kita. Hendaknya, ini menjadi perhatian semua pihak, katanya. (A-100/A-64) Post Date : 22 Februari 2005 |