|
[TANGERANG] Setelah sempat menurun pada Minggu dan Senin (15-16/7), jumlah penderita muntaber di Kabupaten Tangerang, Selasa (17/7) kembali meningkat. Para penderita memenuhi Puskesmas Sepatan, Pakuhaji, Sukadiri, Kedaung, dan RSU Tangerang. Data di Puskesmas Sepatan menunjukkan, jumlah penderita muntaber meningkat menjadi 382 orang dibanding Senin, yang mencapai 311 orang di lima kecamatan, antara lain Kecamatan Sepatan, Sepatan Timur, Pakuhaji, Sukadiri, dan Rajeg. Untuk mencegah makin menyebarnya wabah tersebut, Dinkes Kabupaten Tangerang menyebar lebih banyak serbuk kaporit ke dalam sumur-sumur warga di tiga kecamatan, yakni Sepatan, Pakuhaji, dan Sukadiri. "Sebelumnya, larutan kaporit sudah dibagikan pekan lalu, namun karena jumlah penderita muntaber kembali meningkat, petugas Dinkes memberikan serbuk kaporit lagi untuk mengantisipasi membludaknya penderita muntaber," kata Kadinkes Kabupaten Tangerang, Hani Herianto. Menurut Hani, penebaran bubuk kaporit agar warga mendapatkan air bersih yang bebas dari kuman, karena bubuk kaporit berfungsi mengikat zat yang terkandung dalam air, seperti zat besi atau zat kotor lainnya. Beberapa saat setelah air bercampur dengan kaporit tersebut, kotoran yang terkandung dalam air mengendap. Lebih lanjut Hani mengatakan, penyebab muntaber, selain diakibatkan makanan dan minuman jajanan, seperti es limun dan mi instan, disebabkan oleh sistem sanitasi lingkungan yang buruk dan kualitas sumber mata air yang tidak bersih. Karena korban muntaber diindikasikan mengalami peningkatan, Dinkes terus mengintensifkan agar puskesmas siaga hingga jumlah penderita muntaber mengalami penurunan. Tidak Matang Kabid Penanggulangan Pencegahan dan Penyehatan Penyakit Lingkungan (P2PL) Dinkes Kabupaten Tangerang, Yuliah Iskandar mengatakan, pihaknya sudah menyebarkan bubuk kaporit sebanyak 24 galon (isi 25 kg) ke 26 desa yang berada di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Sepatan, Sepatan Timur, dan Pakuhaji. Dia menengarai banyak anak-anak mengkonsumsi es, sirop, atau limun yang diduga menggunakan air dan santan yang tidak matang. "Anak-anak rentan terserang diare jika mengonsumsi makanan minuman yang tak higienis, misalnya es potong atau sirup yang dibuat menggunakan air mentah. Karena dijual keliling, banyak yang kena. Minuman yang dijajakan mengandung bakteri e-coli," kata Yuliah. Sementara itu, Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang mengeluarkan surat edaran larangan jajan sembarangan bagi siswa untuk mengantisipasi mewabahnya muntaber. Surat edaran ditujukan kepada seluruh kepala sekolah, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama di wilayah pantai utara Tangerang. "Secara khusus, saya perintahkan kepada masing-masing kepala sekolah agar melarang para anak didiknya jajan sembarangan. Instruksi seperti ini kembali dilayangkan agar kejadian muntaber yang memakan belasan korban tahun 2005 tidak terulang," kata Muhyi Syarifudin, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Selasa. Dikatakan, edaran itu resmi disebarkan mulai Senin (16/7) sore, namun agar lebih cepat, dia sudah menyebar instruksi melalui layanan pesan pendek (SMS). "Kita manfaatkan kemudahan teknologi. Lewat SMS pasti lebih cepat," paparnya. Instruksi menjaga keamanan dan kebersihan lingkungan sekolah itu juga dialamatkan kepada para pengelola gugus kepala sekolah, kelompok kerja guru (KKPG), dan Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dispendikbud di Kecamatan. [132] Post Date : 18 Juli 2007 |