|
PURWAKARTA, (PR).Wabah muntaber menyerang warga yang umumnya bayi di bawah usia dua tahun, yang tinggal di dua kecamatan yaitu Kecamatan Purwakarta dan Bungursari. Hingga Minggu (11/6) tercatat 10 orang bayi di bawah usia 2 tahun, dirawat di RSUD Bayu Asih Purwakarta. Namun demikian, wabah muntaber itu belum sampai menimbulkan korban jiwa. Kasus ini menambah wabah muntaber yang melanda beberapa wilayah di Jawa Barat. Beberapa hari lalu, puluhan warga di Kab. Cianjur mengalami muntaber, dua di antaranya meninggal dunia. Bahkan, Dinas Kesehatan Kab. Cianjur menetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Adapun kesepuluh bayi yang masih dirawat itu RSUD Bayu Asih itu karena menderita muntaber dengan gejala panas, muntah, dan berak itu adalah Andrian (20 bln), warga Tegalmunjul, Fauzi (1 tahun), warga Perumahan Griya Asri, Lutfi (1,5 tahun), warga Gg. Aster, Megi (1 tahun), Sinta (11 bulan), warga Tegalmunjul, Rizky (2 bulan), warga Sindangkasih, Rifky (20 bulan), warga Gg. Aster, Nazwa (1 tahun), warga Munjul Jaya, Galang (7 bulan) dan Rika (10 bulan), warga Cikopo. Kesemuannya tinggal di Kecamatan Purwakarta dan Bungursari. Berdasarkan informasi yang diperoleh "PR", sebenarnya penyakit muntaber ini sudah menggejala sebulan yang lalu. Dari catatan yang diperoleh di RSUD Bayu Asih, sudah 47 bayi pernah dirawat sejak sebulan lalu karena muntaber. Di antara bayi yang dirawat itu, sebagian besar tinggal di wilayah Kecamatan Purwakarta (perkotaan). Para bayi yang memenuhi ruang perawatan anak Mawar di RSUD Bayu Asih, hampir semuanya menunjukkan gejala panas, muntah dan berak-berak. Seperti diakui orang tua dari bayi Fauzi, Rina (24), warga Perumahan Griya Asri Purwakarta, anaknya sejak Jumat (9/6) terpaksa dibawa ke RSUD Bayu Asih karena muntah dan buang air besar terus. "Saya khawatir melihat Fauzi muntah-muntah dan berak-berak terus," katanya. Menurut Rina, anaknya sempat mengalami panas terlebih dulu, yang kemudian diikuti dengan muntah dan berak. Ia mengaku terkejut setelah anaknya dibawa ke rumah sakit, di ruang perawatan anak ternyata dipenuhi oleh bayi lain yang mengalami gejala sama. "Anaknya selain meminum ASI juga diberikan makanan tambahan yaitu susu. Saya tidak tahu apakah penyebab muntaber itu dari makanan atau sebab lain," ujarnya. Seorang petugas di ruang perawatan anak mengatakan, hingga hari ini dari 10 bayi yang dirawat itu, satu di antaranya sudah pulang lagi karena sudah sembuh. Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Purwakarta Dr. H. Sam Askari S ketika dihubungi "PR", Minggu (11/6), mengaku belum menerima laporan banyaknya pasien yang menderita muntah-muntah dan berak-berak itu. Sementara itu, seorang dokter spesialis anak yang juga mantan Direktur RSUD Bayu Asih, Dr. H. Gatami mengatakan, balita yang mengalami gejala muntah dan berak (muntaber) itu, bisa disebabkan oleh makanan. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan adanya perubahan musim bisa menjadi penyebab munculnya penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri tersebut. Menurut dia, bila bayi mengalami gejala muntaber harus segera dibawa ke rumah sakit untuk ditangani lebih lanjut. "Gejala muntah-muntah yang terjadi bisa menimbulkan kekurangan cairan di dalam tubuh bayi, makanya sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit untuk ditangani lebih lanjut," ujarnya. Faktor kondisi air Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Provinsi Jawa Barat, Dr. Yudhi Prayudha mengatakan, sejauh ini karakter faktor penyebab beberapa kasus muntaber di Jabar belum diketahui secara pasti. Pada dasarnya, lanjut Yudhi, ada beberapa penyebab diare ataupun muntaber. Pertama, faktor lingkungan yang kurang bersih. Kedua, faktor penyediaan air bersih yang belum memadai. Ketiga, infeksi yang disebabkan bakteri, virus, ataupun parasit. Keempat, korban keracunan bahan makanan ataupun alergi terhadap zat dalam makanan. "Dan penanganan diare ataupun muntaber dari masing-masing faktor penyebab jelas berbeda. Sejauh ini, dari hasil tinjauan kami langsung ke lapangan seperti ke Bogor, Cianjur, dan Subang, kasus muntaber disebabkan kurangnya penyediaan air bersih di kab./kota setempat," tuturnya. Oleh karena itu, untuk mengatasinya, Dinkes Jabar berkoordinasi langsung dengan dinkes kab./kota yang bersangkutan untuk melakukan upaya penyediaan air bersih berkualitas. "Seperti di Bogor, kami menurunkan langsung truk tangki air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di tempat yang terserang kasus muntaber yang cukup banyak, untuk mencegah jatuh korban lebih banyak," katanya. Untuk kasus di Kab. Purwakarta, sejauh ini ia belum mendapat laporan. Namun, Dinkes Jabar akan lebih meningkatkan koordinasi lintas sektor dengan kab./kota untuk upaya pencegahan dan penanganan. (A-86/A-154) Post Date : 12 Juni 2006 |