Wabah Diare di NTT, 14 Balita Meninggal

Sumber:Suara Pembaruan - 04 Oktober 2006
Kategori:Sanitasi
[KUPANG] Wabah diare semakin meluas di beberapa kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebanyak 12 anak usia di bawah lima tahun (balita) di Kecamatan Nunkolo, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), dan dua lainnya di Kabupaten, Sikka, dilaporkan meninggal dunia dalam periode Agustus-September 2006 lalu.

Kepala Dinas Kesehatan TTS, dr Markus Ng Righuta, ketika dihubungi Pembaruan melalui telepon selularnya di SoE, Rabu (4/10), membenarkan musibah itu. Dia mengatakan, saat memasuki musim kemarau, awal Juni lalu, pihaknya sudah meminta masyarakat untuk mewaspadai kemungkinan timbulnya wabah diare.

Kesulitan air bersih akibat keringnya sumber-sumber air bisa membuat masyarakat ceroboh dengan mengkonsumsi air minum yang tidak dimasak sebelumnya.

Dikatakan, ketika menerima laporan kematian 12 balita di Nunkolo, akhir pekan lalu, pihaknya langsung menurunkan tim medis untuk melakukan penyisiran di seluruh wilayah kecamatan tersebut.

Tim medis tersebut menemukan 117 balita yang terserang diare dan langsung memberikan perawatan. Tim medis yang didukung tiga orang dokter, saat ini masih berada di lokasi.

Menurut Righuta, semua Puskesmas yang tersebar di TTS telah diperintahkan untuk melakukan pengecekan langsung tentang kondisi kesehatan masyarakat yang berada dalam wilayah pelayanannya. Laporan yang diterima dari berbagai Puskesmas menyebutkan, kasus diare ternyata mewabah pula di Kecamatan Amanuban Selatan, Amanuban Barat, Kota SoE dan Kolbano, namun tidak ada korban jiwa.

Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, dr Wera Damianus mengatakan, kasus diare di daerahnya juga semakin meluas. Dalam bulan September lalu, dua balita meninggal dunia akibat terserang diare. Satu balita meninggal sebelum mendapatkan perawatan, sementara satu balita lainnya meninggal ketika dirawat di RSUD setempat.

Dikatakan, hingga kini kasus diare di Sikka belum dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) karena kasusnya masih bersifat sporadis. Di mana, selama September lalu tercatat 126 orang penderita diare yang dirawat di RSUD. Sementara itu, sebanyak 479 penderita diare lainnya yang menjalani perawatan di tujuh Puskesmas yang tersebar di Sikka.

Sementara itu Wakil Bupati Alor, Drs Abraham Maulaka mengakui, kasus diare juga dilaporkan meluas sejak akhir September lalu. Di mana, hingga kini ruang rawat inap di RSUD Kalabahi masih dipenuhi pasien balita yang umumnya adalah anak balita dari berbagai kecamatan. Beberapa pasien diare telah dinyatakan sembuh dan diperbolehkan meninggalkan rumah sakit.

Dikatakan, dari diagnosis dokter diketahui bahwa penyebab diare yang menyerang balita tersebut adalah air minum yang terkontaminasi amuba (parasit). Itulah sebabnya, upaya pengobatan harus dilakukan sampai negatif agar tidak menyebar sampai ke hati. Untuk itu, tim medis dari Dinas Kesehatan Alor sedang melakukan intervensi secara akurat ke masyarakat pedesaan yang sedang dilanda wabah diare.

Aceh

Sementara dari Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dilaporkan, lima warga Kabupaten Bireuen tewas terserang penyakit diare. Selain itu, 140 orang lainnya dirawat di sejumlah puskesmas serta Rumah Sakit Umum dr Fauziah Bireuen, Provinsi Aceh akibat diare.

Kepala Dinas Kesehatan Aceh dr Anjar Asmara kepada Pembaruan saat dikonfirmasi via telpon, Selasa (3/10) sore di Bireuen membenarkan musibah itu. Dia menjelaskan, lima warga yang meninggal dunia itu adalah Khalidan (60), Ramlah (60) Nurrasyiah (53) Marjan (8) dan Nurul (12).

Kepala Rumah Sakit Bireuen dr Edfuadi Harun mengatakan meskipun saat ini tergolong banyak warga terserang penyakit diare, tetapi persediaan obat-obatan di RS itu masih mencukupi begitu juga dengan masalah logistic lain belum ada masalah. Hanya, kata dia, di RS Bireuen saat ini semua sal sudah penuh, sehingga ada pasien yang harus dirawat di lorong-lorong, karena daya tampung untuk penyakit rawat inap di RS Bireuen tersedia sebanyak 126 tempat tidur, saat ini pasien paling banyak adalah korban penyakit diare.

Menyusul serangan penyakit diare itu, Dinas Kesehatan Aceh telah menurunkan tim ke Bireuen sebanyak tujuh orang. Tim itu diketuai dr Marzuki M Kes yang juga Wakil Kepala Dinas Kesehatan Aceh. Selain bertugas membantu tenaga medis yang ada di sana juga bertugas melakukan investigasi sebab-sebab terjadinya penyakit yang menyerang enam Kecamatan di Kabupaten Bireuen.

Pihak dinas kesehatan Provinsi juga mengirim bantuan obat-obatan kepada sejumlah puskesmas, semua korban penderita penyakit diare diberikan pengobatan secara gratis. [120/147]

Post Date : 04 Oktober 2006