Volume Sampah Meningkat

Sumber:Kompas - 08 September 2010
Kategori:Sampah Luar Jakarta

Palembang, Kompas - Keterbatasan alat dan tenaga membuat Pemerintah Kota Palembang kewalahan menangani sampah yang volumenya naik dari rata-rata 300 ton per hari menjadi 400 ton. Hal ini terjadi karena peningkatan konsumsi masyarakat terhadap makanan dan minuman selama Ramadhan.

Menurut Kepala Seksi Pemanfaatan Sampah Dinas Kebersihan dan Pemakaman Kota Palembang Edwin Ali, Selasa (7/9) di Palembang, volume sampah di Kota Palembang ini meningkat hingga 100 ton per hari selama bulan Ramadan. ”Akibat peningkatan tajam volume sampah ini, yang terangkut baru sekitar 75 persen. Sisanya tak terangkut karena keterbatasan alat dan tenaga di dinas,” kata Edwin.

Sampah-sampah yang tak terangkut itu diperkirakan dibuang secara sembarangan oleh warga, seperti di sungai ataupun di tempat terbuka lainnya. Hanya sebagian kecil sampah yang dikelola dengan baik, misalnya dipilah-pilah atau dibakar.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, sampah yang tidak terangkut ini berada di Kecamatan 10 Ilir, 11 Ilir, 13 Ilir, Pasar Kuto, sepanjang wisma ilir barat, Pasar 26 Ilir, dan kawasan Sako. Wilayah ini merupakan permukiman padat yang terletak di bantaran sungai, yang bermuara menuju Sungai Musi.

Keluhan warga

Yansuri (39), warga Sematang Borang, mengeluh, sudah dua hari ini petugas sampah tidak datang ke rumah. Akibatnya, sampah di depan rumah mereka menumpuk dan menimbulkan bau tidak sedap.

”Daripada terus menumpuk dan menimbulkan penyakit, sebagian besar sampah saya buang ke sungai. Mak mano lagi uji kito, man ini harusnyo gawe pemerintah—Mau bagaimana lagi. Kalau sampah tidak dibuang, bisa menjadi penyakit. Padahal, menangani sampah ini seharusnya menjadi tugas pemerintah,” ujar Yansuri.

Edwin menambahkan, sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir Sukawinatan, Kecamatan Sukarame, saat ini didominasi sampah rumah tangga dan sampah dari pasar tradisional. Sampah rumah tangga kebanyakan berupa kemasan plastik, barang rumah tangga, dan sisa makanan. Adapun sampah pasar didominasi sisa oleh sayuran.

Selama Ramadhan, menurut Edwin, volume sampah anorganik di tempat pembuangan akhir mencapai 40.000 ton. Untuk jenis sampah ini, pemerintah sedang memikirkan cara untuk menerapkan proses daur ulang.

”Beberapa waktu, pemerintah sedang melakukan negosiasi dengan sejumlah investor dari China dan Belanda untuk menangani proses daur ulang sampah anorganik. Dalam pertemuan di Palembang awal 2010, investor tersebut sudah berminat menanamkan investasi. Akan tetapi, sampai sekarang belum terlihat keseriusan,” kata Edwin.

Kepala Dinas Kebersihan dan Pemakaman Zulfikri Simin menambahkan, peningkatan volume sampah tersebut terjadi karena kenaikan konsumsi makanan dan minuman oleh warga selama bulan puasa. Volume sampah itu disinyalir akan terus meningkat pada hari raya Lebaran dan dua hari setelah Lebaran.

Namun, tidak dijelaskan upaya-upaya yang akan dilakukan instansi terkait terhadap sampah tersebut. (ONI)



Post Date : 08 September 2010