JAKARTA (SINDO) –Volume sampah di DKI Jakarta meningkat 10% setiap tahun. Dinas Kebersihan DKI Jakarta dalam sehari mengklaim mampu mengangkut 65.000 ton sampah.
Namun, berdasarkan catatan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) DKI Jakarta, jumlah sampah yang terangkut hanya 72%,sisanya 28% masih berserakan. Sampah yang belum terangkut tersebut justru banyak yang masuk ke sungai dan menyebabkan banjir. Direktur Walhi DKI Jakarta Ubaidillah mengatakan, peningkatanvolumesampahiniakibatpertumbuhan penduduk Jakarta yang cukup tinggi. Saat ini penduduk Jakarta hampir mencapai 10 juta jiwa. Sementara sampah yang dibuang dua hingga tiga liter per hari. “Masalahnya armada angkutan kebersihan pun masih terbatas sehingga tidak mampu mengangkut seluruh sampah yang ada di DKI yang jumlah penduduknya terus bertambah,” ungkap Ubaidillah kemarin. Pengelolaan sampah bahkan masih terkendala.
Selain tempat pembuangan sampah yang tidak dapat menampung sampah, perlengkapan untuk daur ulang sampah pun masih terbatas. “Pengelolaan sampah yang lama membuat sampah tidak dapat cepat diproses, pengelolaannya lebih banyak menggunakan tenaga pemulung ke timbang teknologi,” katanya.Menurut Ubaidillah, jika pemerintah menciptakan sebuah komunikasi yang baik dengan masyarakat, sampah dapat dikelola dengan baik dan akan mengurangi volumenya. Di bagian lain,Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sudah melakukan uji coba terhadap pihak swasta dalam pengelolaan sampah.
Langkah itu sudah dilakukan pada pertengahan 2010 melalui swastanisasi jasa pengelolaan sampah. Pada 2011 swastanisasi ini bisa meningkat hingga 60%. Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Bharuna mengatakan, swastanisasi baru dilakukan di lima wilayah. Sementara untuk Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu belum bisa diterapkan. “Pengelolaan sampah ini sudah mulai banyak perubahan salah satunya semakin rapinya pengelolaan di lapangan. Kita harapkan itu meningkat lagi karena setelah lima perusahaan yang terlibat sekarang berakhir masa kontraknya pada Juni 2011. Kita targetkan meningkat lagi pelayanan,’’ kata Eko kemarin Pengelolaan sampah yang dilakukan pihak swasta ini mulai dari penyediaan tenaga lapangan tukang sapu hingga proses pengiriman sampah ke Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang,Kota Bekasi.
Dinas Kebersihan DKI juga sudah merencanakan lelang pada perusahaan yang menjadi operator setiap lima tahun sekali. ‘’Dengan proses lelang kita ingin setiap operator bisa melaksanakan tugasnya dengan baik tanpa terbebani dengan waktu yang terbatas,’’ ujar Eko. Melalui kerja sama Pemprov DKI dan pihak swasta terhadap masalah sampah, kemungkinan akan terus terjadi dan pihaknya menekankan bahwa 60% sampah DKI akan dikelola swasta. “Dinas Kebersihan nanti hanya sebagai perencana dan tidak lagi mencari tenaga kerja untuk membersihkan jalan,” sebutnya.Menurut Eko,jumlah pegawainya sampai saat ini terus menurun. Dari 3000 karyawan, saat ini hanya sisa separuhnya. Pihaknya juga menyiapkan beberapa tempat pembuangan sampah di antaranya di Ciangir.
“Nanti sampah yang ada tidak semu dikelola di Bantargebang. Kita juga sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar memisahkan sampah yang ada. Artinya sampah-sampah tersebut memiliki nilai ekonomis,”bebernya. Menurut Eko, jika masyarakat sadar akan nilai ekonomis,sampah Jakarta akan semakin berkurang dan pihaknya dengan mudah mengelola sampah. Anggota Komisi D DRPD DKI Jakarta Mohammad Sanusi setuju dengan langkah Dinas Kebersihan yang melakukan swastanisasi pengelolaan sampah.Menurutnya,sudah seharusnya pengelolaan sampah ini dilakukan oleh swasta.
Dengan produksi sampah yang cenderung terus meningkat,pengelolaan yang dilakukan secara swa-kelola oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta masih dirasa belum maksimal. ’’Jadi, biarkan pengelolaan sampah murni dilakukan oleh swasta. Biar menjadi lebih baik,’’ ucapnya.Menurut Sanusi, produksi sampah di Jakarta saat ini mencapai 523,6 ton per hari. Jika sampah tersebut tidak dikelola dengan baik, bisa menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran tanah sehingga perlu berbagai langkah signifikan dan kontinu untuk menanganinya. (tedy achmad)
Post Date : 27 Desember 2010
|