Vaksin Rotavirus untuk Atasi Diare

Sumber:Republika - 03 Maret 2005
Kategori:Sanitasi
YOGYAKARTA - Sekitar 50 hingga 60 persen diare pada anak di Indonesia disebabkan rotavirus. Ada empat strain yang ditemukan di Indonesia yaitu G1, G2, G3 dan G4. Karena itu direncanakan di Indonesia akan dibuat vaksin rotavirus. Hal itu dikemukakan Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UGM, Prof Sri Supar Yati Soenarto pada Republika. Menurutnya, setelah Prof Ruth Bishop dari Murdoch Childrens Research Institute, Melbourne menemukan rotavirus pada bayi (1973), ia pun kemudian melakukan penelitian berkolaborasi dengan Prof Ruth Bishop hingga sekarang.

Yati menyatakan, meskipun dilakukan dua kali penelitian (1978-1979 dan 2001-2004) strain rotavirus di Indonesia masih tetap sama. Cuma letaknya yang berbeda, misalnya sekarang strain G3 tidak ada, dulu tinggi. Sebaliknya, dulu strain G1 sedikit, sekarang tinggi. Menurut Yati, puncak kasus diare pada anak karena rotavirus di daerah tropis seperti di Indonesia umumnya pada musim kering (curah hujan rendah) dan temperatur yang terendah. Yang menarik, kata dia, di negara maju justru saat musim dingin terjadi puncak kasus diare pada anak karena rotavirus yang bisa mencapai 80 persen.

''Hal itu menunjukkan bahwa diare tidak hanya disebabkan oleh masalah hygiene dan sanitasi saja. Karena, di negara maju yang ekonominya tinggi dan sanitasinya baik, ada juga kasus diare yang disebabkan oleh rotavirus,'' tutur Yati yang juga Ketua Staf Medik Fungsional Bagian Kesehatan Anak, RS Dr Sardjito/FK UGM. Hal itu berarti diare yang disebabkan rotavirus tidak bisa diberantas dengan hygiene dan sanitasi yang baik. Karena, rotavirus ada di mana-mana termasuk di udara bebas, maka pemberantasannya harus dengan vaksin, tutur dia.

Untuk itu, kata dr Yati, pada awal tahun 2005 sampai tahun 2007, ia bersama dr Iwan Dwiprahasto dari bagian Farmakologi FK UGM, Prof Ruth Bishop, dan Prof Graeme Barnes dari Murdoch Children Institute, Royal Children's Hospital akan mengadakan penelitian (surveilens dan uji klinik) di Jawa Tengah, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Bali, Palembang, Nusa Tenggara Barat, Papua dan Aceh.

''Untuk persiapan pembuatan vaksin, kami akan melakukan surveilens dulu untuk menentukan keberadaan rotavirus. Dalam penelitian ini kami juga akan melakukan kerja sama dengan dokter spesialis anak yang juga sebagai peneliti sekaligus pengajar di fakultas kedokteran di Jakarta, Bandung, Palembang, Aceh,''kata dia.

Menurut dia, pembuatan vaksin rotavirus di Melbourne pernah dilakukan, tetapi masih perlu ditingkatkan dosis imunologinya karena kurang kuat. Diharapkan PT Biofarma Indonesia bisa memberikan izin karena Biofarma merupakan pilihan secara internasional yang dipilih untuk membuat vaksin.(nri)

Post Date : 03 Maret 2005