|
Semarang, Kompas - Rencana pembangunan pabrik pupuk oleh PT Narpati Agung Karya Persada Lestari di Tempat Pembuangan Akhir atau TPA Jatibarang, Kota Semarang, wajib dibarengi pengelolaan sampah di daerah hulu. Jika hanya mengandalkan pabrik pupuk sebagai tempat pembuangan, sampah di daerah hulu bakal tidak tergarap. "TPA Jatibarang saat ini hanya menampung 65 persen sampah Kota Semarang, 35 persen lainnya dibuang di saluran air, sungai, atau laut," kata Sudharto P Hadi, ahli lingkungan dari Universitas Diponegoro Semarang, Selasa (8/4). Oleh sebab itu, tanggung jawab masyarakat terhadap sampah di daerah hulu di setiap rumah tangga harus dibentuk. Masyarakat di berbagai belahan Kota Semarang perlu belajar mengolah sampah. Menurut Sudharto, pemilahan sampah organik dan non- organik bermanfaat untuk memproduksi pupuk kompos dan membantu perbaikan lingkungan. Metode ini sudah diterapkan masyarakat di Sampangan, Bendan Dhuwur, dan Bendan Ngisor. "Semakin tinggi pertumbuhan tingkat ekonomi masyarakat Kota Semarang, semakin tinggi pula sampah yang dihasilkan," kata Sudharto. Pertumbuhan permukiman di kota atas Semarang semakin bertambah sehingga Pemkot Semarang menghadapi tumpukan sampah yang semakin banyak setiap hari. Menurut Kepala Dinas Kebersihan Kota Semarang Akhmat Zainuri, pabrik pupuk kelak akan menampung 300 ton sampah per hari dari total 350 ton sampah yang dibuang masyarakat Kota Semarang setiap hari. "Nanti pabrik ini akan membutuhkan 500 ton per hari," katanya. Sampah bertambah Hal itu dapat diatasi dengan meningkatkan pelayanan Dinas Kebersihan di berbagai permukiman baru yang tumbuh di daerah Banyumanik, Tembalang, Tugu, Ngaliyan, Mijen, dan Gunungpati. Bertambahnya beban sampah per hari, kata Zainuri, merupakan potensi produksi pupuk yang bagus. "Adanya pabrik pupuk yang memanfaatkan sampah, masyarakat tidak perlu khawatirkan kelangkaan pupuk seperti yang sedang terjadi di beberapa daerah di Indonesia," kata Zainuri. Pabrik pupuk dapat meringankan dana APBD Kota Semarang yang mengeluarkan Rp 1,5 miliar per tahun untuk pengelolaan sampah. Koordinator TPA Jatibarang Subiyanto mengatakan, pabrik pupuk akan menempati lahan di zona pasif 5 dan 6. Pembangunan pabrik itu akan mengurangi pasokan tanah 240 meter kubik per hari untuk menimbun 400-600 ton sampah. "Tanah dari lereng-lereng di sekitar TPA sehingga lereng dan bukit menipis," katanya. (A08) Post Date : 09 April 2008 |