USAID Bantu Maros Tingkatkan Air Bersih

Sumber:Koran Tempo - 23 Juni 2011
Kategori:Air Minum

MAROS United States Agency International Development (USAID) melalui Indonesia Urban Water Sanitation dan Hygiene (IUWSH) akan bekerja sama dengan empat kabupaten/kota di Sulawesi Selatan untuk peningkatan pelayanan air bersih dan sanitasi bagi masyarakat miskin. Kabupaten/kota itu adalah Maros, Gowa, Takalar, dan Kota Madya Makassar.

"Ini akan berjalan selama lima tahun, dan anggarannya ditanggung oleh pemerintah Amerika Serikat dalam bentuk hibah," kata Tim Leader USAID-IUWSH, Farah Amini, seusai dialog di rumah jabatan Bupati Maros, kemarin.

Farah mengatakan pihaknya bekerja sama dengan pemerintah daerah Kabupaten Maros dalam bentuk pemberian bantuan teknis. Misalnya pendampingan, studi komparasi, kunjungan lapangan, seminar, pelatihan, promosi, memfasilitasi kerja sama pemerintah dengan swasta, serta bantuan hibah skala kecil bagi lembaga swadaya masyarakat, universitas atau lembaga lain. "Jadi tidak memberikan bantuan keuangan langsung," kata Farah.

Sedangkan kegiatan teknis lain misalnya peningkatan kinerja perusahaan daerah air minum dalam hal penurunan beban air tak berekening, pendampingan audit energi, peningkatan kualitas air, peningkatan kemampuan sumber daya manusia, memfasilitasi perencanaan dan pelaksanaan proteksi air baku, pengembangan sumber air baku, pelatihan mengenai adaptasi perubahan iklim, serta memfasilitasi pengembangan sistem dan pemanfaatan idle capacity.

"Diharapkan kebutuhan air bersih masyarakat miskin dapat terpenuhi," ia menambahkan.

Bupati Maros mengakui baru 64 persen penduduk di wilayahnya yang terlayani air bersih. Sedangkan masyarakat pesisir tiga kecamatan di kabupaten itu, yakni Lau, Bontoa, dan Maros Utara, belum bisa terlayani. "Hal ini karena debit air yang dihasilkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum masih sangat terbatas," kata Hatta. Kebutuhan air untuk mereka disuplai menggunakan kendaraan tangki perusahaan.

Ketidakmampuan pemerintah daerah memberikan air bersih bukan berarti terbatasnya potensi air baku yang bisa dikelola. "Sebenarnya banyak potensi mata air baku. Tapi pembangunan instalasi dan jaringan airnya sampai saat ini belum bisa dilakukan. Kami baru dijanjikan dari pemerintah pusat tahun depan," Hatta menambahkan.

Ia berharap pembangunan instalasi air itu dapat tercapai dengan kapasitas 200 liter per detik. Sebab, sekarang kapasitas air baru 130 liter per detik. "Itu pun baru dapat memenuhi kebutuhan 10 ribu pelanggan, sedangkan saat ini sudah ada 17 ribu pelanggan pendaftar tunggu," ujar Hatta. Diharapkan dengan adanya tawaran IUWSH, permasalahan ini dapat terpecahkan. JUMADI



Post Date : 23 Juni 2011