|
Cimahi, Kompas - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Cimahi menilai langkah yang dilakukan Pemerintah Kota Cimahi dalam menangani sampah yang semakin menumpuk di seluruh sudut kota belum maksimal. Pemkot harus segera membuat penanganan darurat sampah sesegera mungkin. Jangan sampai menunggu lima bulan untuk mendapatkan kepastian membuang sampah. Upaya yang ada saat ini masih belum maksimal, kata M Yahya Abdul Aziz, Ketua Komisi A DPRD Kota Cimahi, di Cimahi, Selasa (7/2). Yahya mengatakan, alasan Pemkot Cimahi yang menyatakan sampah tidak bisa diangkut karena tidak adanya tempat pembuangan akhir sampah tidak bisa begitu saja diterima. Meski sudah ada upaya, pengusahaan lahan untuk tempat pembuangan sampah harus ada, ujar Yahya Abdul Aziz. Ia menambahkan, waktu lima bulan untuk menunggu hasil analisis mengenai dampak lingkungan calon tempat pembuangan akhir sampah di Cileungsing, Kabupaten Bandung, terlalu lama. Sampah akan terus menumpuk sampai ketinggian beberapa meter? tanya Yahya. Meski masyarakat hingga kini belum mengeluh tentang penanganan sampah di kota ini, jangan kira mereka merasa nyaman. Sebenarnya banyak yang sudah mengeluh. Jangan biarkan keluhan itu terus terakumulasi, tuturnya. Ketua Komisi B DPRD Kota Cimahi Ade Irawan mengatakan, dalam jangka waktu satu bulan ke depan, Pemkot Cimahi sebaiknya harus sudah memiliki tempat pembuangan sampah sementara untuk menampung sampah-sampah yang sudah menggunung. Sebelum rekomendasi amdal ada, pemerintah sudah harus memiliki TPS. Secepatnya, kalau bisa akhir bulan ini sudah harus ada, tuturnya. Waktu lima bulan untuk menunggu amdal, kata Ade, terlalu lama. Ade mendesak pemerintah untuk melakukan gerakan jemput bola dengan mencari lokasi alternatif pembuangan sampah secepatnya. Kasihan masyarakat kalau sampah tersebut didiamkan selama beberapa waktu ke depan, tutur Ade yang juga anggota Fraksi Partai Demokrat. Menutupi badan jalan Berdasarkan pengamatan di lapangan, sampah yang ada di dua TPS di Kota Cimahi, yaitu TPS Pasar Atas dan TPS di Jalan Sangkuriang, masih belum terangkut juga. Bahkan, volumenya makin bertambah dan hampir menutupi badan jalan. Di tempat terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi Arlina Gumilar menyatakan, pihaknya telah menyosialisasikan kepada masyarakat untuk tidak memproduksi sampah secara berlebih. Selain itu, Dinas LH Kota Cimahi juga telah menyosialisasikan pembuatan kompos di rumah-rumah untuk mengurangi pembuangan sampah rumah tangga. Sementara itu, untuk menanggulangi sampah yang semakin menumpuk, upaya Dinas LH adalah menyiapkan karung-karung sebagai penampung sampah. Untuk mengurangi bau busuk sampah yang menggunung, Dinas LH menyemprotkan zat kimia zeolit ke sekitar tempat pembuangan sampah. Arlina mengimbau warga Cimahi mengurangi membuang sampah ke TPS dan bisa memisahkan sampah organik dan anorganik. Sampah organik bisa diubah menjadi kompos. Setelah TPA Leuwigajah longsor dan ditutup bulan Februari 2005, Pemkot Bandung dan Pemkot Cimahi membuang sampah ke TPA darurat Cicabe dan Jelekong. Tapi, kami hanya mendapat jatah 13 rit truk sampah per hari. Padahal, produksi sampah di Kota Cimahi 67 rit sampah per hari. Mau tidak mau, banyak yang menumpuk, tutur Arlina. (mhd) Post Date : 08 Februari 2006 |