Upaya Mengatasi Banjir di Pekanbaru

Sumber:Suara Pembaruan - 27 Oktober 2007
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Kota banjir. Begitu julukan yang pantas diberikan kepada Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau. Saat ini luapan air yang begitu deras, melanda ke hampir berbagai penjuru kota. Bahkan di depan Kantor Wali Kota Pekanbaru bukan pemandangan luar biasa, saat curah hujan tinggi air menggenang bagaikan kolam renang.

Bukan itu saja, dari dua belas kecamatan yang ada, nyaris tak ada wilayah yang tidak terkena banjir. Meski skala berbeda-beda, tetapi merisaukan penduduk. Sebab begitu gawatnya masalah ini, sehingga tidak pernah tuntas diatasi.

Salah satu penyebabnya adalah drainase yang terdapat di Pekanbaru, kurang berfungsi dengan baik. Bahkan ada sejumlah kawasan yang sama sekali tidak memilikinya. Begitu hujan lebat turun, air tidak dapat diserap.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Pekanbaru, Yusman Amin di Pekanbaru, baru-baru ini mengatakan, masalah banjir yang terus terjadi memerlukan penanganan serius. Artinya tidak bisa dibiarkan berlama-lama.

"Kami juga mengimbau masyarakat untuk melaporkan lokasi banjir yang terjadi di wilayahnya. Namun, sayang tidak ada masyarakat yang mau menginformasikannya. Dengan demikian sulit diketahui secara rinci lokasi banjir yang melanda," ujarnya.

Padahal di masa lampau, banjir berlangsung akibat meluapnya Sungai Siak. Penyebabnya akibat kiriman dari Provinsi Sumatra Barat yang letaknya lebih tinggi dan berada di hulu, kemudian mengalir ke wilayah Provinsi Riau. Pekanbaru merupakan kawasan yang ikut terkena dampaknya.

Namun, kini banjir berlangsung karena penataan drainase yang tidak memadai. Sehingga di Sumatera Barat tidak hujan, tetapi Pekanbaru tetap digenangi air.

Bantuan

Masalah ini kemudian diatasi dengan bantuan dari Negeri Belanda. Selain menyediakan dana lebih dari Rp 4 miliar, disiapkan pula bantuan berupa tenaga ahli dan upaya mengatasi luapan air.

Program ini, menyangkut pengelolaan terhadap sampah, limbah dan hal-hal lain yang mengakibatkan aliran air di saat curah hujan tinggi tidak tertampung.

Demikian pula bantuan tersebut, berupa pelatihan bagi tenaga-tenaga setempat guna ikut mengatasi problem yang hingga kini tak terpecahkan.

Tidak cukup di situ, sosialisasi terhadap bahaya banjir ikut dilaksanakan. Salah satu kebiasaan buruk yang masih terjadi adalah membuang sampah seenaknya ke parit dan anak-anak sungai. Melalui sosialisasi intensif, masyarakat diminta kesadarannya mengenai bahaya banjir.

Seorang tenaga ahli dari Negeri Belanda merasa heran, begitu luar biasanya luapan air di Kota Pekanbaru saat ini. Ia tidak pernah membayangkan, jika hal demikian bisa terjadi. Karena paradigma lama banjir merupakan peristiwa setahun sekali, sekarang sama sekali berbeda. Asal curah hujan tinggi dan lama, otomatis air tanpa diundang memenuhi sejumlah penjuru kota.

Namun ancaman akibat adanya penggundulan hutan di hulu sungai, tidak kalah seriusnya dalam melahirkan luapan air. Melalui identifikasi permasalahan yang kini ditangani tim dari Negeri Belanda itu, diharapkan banjir dapat diatasi di Pekanbaru. Minimal intensitasnya tidak mencemaskan seperti sekarang. [Mulyadi]



Post Date : 27 Oktober 2007