|
Ungaran, Kompas - Kekeringan yang melanda sebagian wilayah Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, semakin parah. Di Kecamatan Bancak sebagian warga terpaksa berjalan kaki 1,5 kilometer untuk mendapatkan dua ember air dalam sehari. Itu pun mereka harus antre lama. Hardi (45), warga Dusun Plumutan RT 03 RW 02, Desa Plumutan, Kecamatan Bancak, Sabtu (30/9), menuturkan, seluruh sumur milik warga kering sejak lima bulan terakhir. Untuk memenuhi kebutuhan memasak, mandi, dan mencuci pakaian, warga memanfaatkan air dari belik atau kubangan air di Kali Pangkuk yang berjarak sekitar 1,5 kilometer (km) dari tempat tinggal mereka. Selain airnya keruh dan tidak layak digunakan untuk air minum, jumlahnya juga terbatas. "Sejak pukul 23.00-03.00 warga banyak yang antre mengambil air di sejumlah belik yang ada di Kali Pangkuk. Dalam sehari paling hanya bisa mendapatkan air dua ember untuk kebutuhan sekeluarga," katanya. Menurut Lasmi (40), warga setempat, air yang keruh itu jika hendak digunakan untuk memasak harus diendapkan terlebih dahulu. Untuk menyiasati keterbatasan air, lanjutnya, ia sekeluarga hanya sekali mandi dalam sehari, dengan air yang tidak sampai satu ember per orang. Meski sejak awal September Pemerintah Kabupaten Semarang sudah menyalurkan bantuan air bersih dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebanyak 69 tangki, namun warga Dusun Plumutan mengaku belum pernah mendapatkan bantuan air bersih tersebut. Kekeringan di wilayah ini tidak hanya berimbas pada sulitnya memperoleh air bersih, tetapi juga mengakibatkan hampir seluruh sawah milik petani di kawasan itu puso. Seorang petani, Roni (30), menuturkan, untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, sebagian warga mengonsumsi jagung karena beras tidak terjangkau harganya. Rumput sulit didapat Lasmi yang juga beternak sapi dan kambing mengaku, selama musim kemarau ini peternak kesulitan mencari rumput. Untuk mendapatkan rumput, mereka harus berjalan kaki lebih dari 5 km menuju hutan di sekitar wilayah itu. Banyak di antara ternak milik warga yang hanya diberi makan sisa tanaman jagung yang sudah dipanen. Data Dinas Pertanian Kabupaten Semaranghingga Agustus lalumenunjukkan, kekeringan yang melanda areal persawahan irigasi teknis dan setengah teknis di wilayah kabupaten itu mencapai 851 hektar. Rinciannya adalah 293 hektar mengalami kekeringan ringan, 129 hektar mengalami kekeringan sedang, dan 93 hektar mengalami kekeringan berat. Selebihnya, 336 hektar, dipastikan puso. Menurut Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Semarang Warnadi, dari 336 hektar lahan yang puso itu, jika dihitung rata-rata produksi per hektar mencapai 5 ton dan harga jual gabah di tingkat petani Rp 2.000 per kilogram, total kerugian yang diderita petani lebih dari Rp 3 miliar. (why) Post Date : 01 Oktober 2006 |