|
SEMARANG- Sebagian warga yang tinggal di titik kekeringan di Kecamatan Gunungpati, memanfaatkan air hujan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mereka menampung air hujan yang mulai turun dalam beberapa hari terakhir. Jarlianto (40), warga Kampung Kalialang Baru RT 3 RW 7 Kelurahan Sukorejo, misalnya, menampung air hujan dari cucuran atap rumahnya ke dalam tong. Air tersebut digunakan untuk mencuci pakaian, perkakas rumah tangga, atau mandi. ''Lumayan, air hujan ini bisa dipakai, sehingga meringankan beban kami,'' ujar dia, kemarin. Hujan yang turun dalam beberapa hari ini belum berpengaruh terhadap debit air Sendang Gayam. Sumber air utama warga kampung itu masih seperti pada musim kemarau. Untuk itu, mereka berupaya mendapatkan air untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Air hujan adalah salah satu sumber yang dimanfaatkan. ''Selain itu, kami juga mendapat bantuan dari Pondok Pesantren Roudlatus Saidiyyah. Mereka mengolah air Kali Kreo menjadi air bersih. Sebagian dialirkan ke kampung ini. Tapi, air olahan itu kurang layak dikonsumsi. Warga memanfaatkan untuk mencuci dan mandi,'' tuturnya. Khusus untuk memasak dan air minum, warga tetap bergantung pada Sendang Gayam. Debitnya yang kecil ditampung warga untuk selanjutnya dibagi rata. Pembagian dilakukan menggunakan sistem giliran siskamling. ''Setiap kepala keluarga dapat jatah giliran jaga seminggu sekali. Saat itu mereka berhak mendapat jatah sepikul air Sendang Gayam,'' papar Jarlianto. Tentu saja jatah itu tidak mencukupi. Warga terpaksa harus ngangsu air langsung ke Sendang Gayam yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari permukiman. Soal bantuan air, Jarlianto mengatakan, bantuan dari pemkot dan sejumlah instansi telah berhenti sejak awal Ramadan lalu. Diendapkan Hal serupa dilakukan warga Kampung Jatisari RT 5 RW 5 Kelurahan Pongangan. Mereka memanfaatkan betul hujan yang baru kali pertama turun pada Minggu (21/10) malam lalu. Air hujan yang ditampung dari cucuran atap rumah itu memang masih kotor, namun setelah diendapkan, bisa digunakan. ''Namanya juga hujan pertama. Atap rumah masih banyak debunya. Mungkin pada hujan berikutnya, air yang tertampung sudah agak bersih,'' kata Dewi (36), seorang warga. Air hujan dimanfaatkan warga hanya untuk mandi dan mencuci. Itu pun terkadang masih kurang. Sebagian warga tetap harus mencuci pakaian di sungai. Untuk minum dan memasak, mereka mengandalkan air bantuan. Dalam seminggu, bantuan air datang dua kali, masing-masing dua mobil tangki. (H6-37) Post Date : 23 Oktober 2007 |