Ultrafiltrasi Menunggu Kajian PU

Sumber:Kompas - 11 Oktober 2011
Kategori:Air Minum
Jakarta, Kompas - Keinginan Perusahaan Daerah Air Minum Jaya untuk meningkatkan produksi dengan ultrafiltrasi terkendala surat izin pengambilan air dari Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum. Menurut Direktur Utama PDAM Jaya Maurits Napitupulu, permohonan surat izin pengambilan air itu sudah diajukan sejak dua bulan lalu, tetapi hingga kini belum dijawab oleh Dirjen Sumber Daya Air.
 
PDAM Jaya berencana mengambil air baku dari Cengkareng Drain dan Kanal Barat. Air itu lalu diolah dengan teknologi ultrafiltrasi sehingga akan menghasilkan 4 kubik per detik air bersih.
 
”Ultrafiltrasi ini penting karena kebutuhan air bersih di Jakarta terus meningkat, sementara kapasitas produksi air perpipaan yang air bakunya dari Kanal Tarum Barat sudah tidak bisa diperbesar lagi,” kata Maurits dalam diskusi di Radio 68H Utan Kayu, Jakarta, Senin (10/10).
 
Menurut dia, debit air Cengkareng Drain dan Kanal Barat mencukupi kebutuhan itu. ”Pada masa kemarau saja debit air di kedua sungai itu 7 kubik per detik. Jadi, kalau diambil 4 kubik per detik masih bisa,” ujarnya.
 
Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Mohammad Amron mengakui, PDAM sudah mengirimkan surat permohonan surat izin pengambilan air, tetapi pihaknya belum berani mengabulkan. ”Kami masih menunggu kajian dari Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane. Kita tunggu saja,” kata Amron.
 
Dia menjelaskan, dari 13 sungai yang melintasi Jakarta, hanya Ciliwung dan Cisadane yang mempunyai badan sungai yang panjang. Adapun sungai lainnya merupakan sungai yang pendek sehingga debit airnya tak cukup.
 
”Untuk Sungai Ciliwung saja debit airnya hanya 100 liter per detik. Apalagi sungai-sungai yang pendek itu,” ujar Amron.
 
Selain itu, untuk Cengkareng Drain dan Kanal Barat, tidak tersedia pintu air untuk membendung air saat musim kemarau agar debit air terjaga. ”Berbeda dengan Kanal Timur yang punya tiga pintu air. Begitu debit kurang, pintu bisa ditutup sehingga air tetap banyak,” ucap Amron.
 
Sebenarnya, operator air di Jakarta juga sudah mengambil air dari sungai-sungai di Jakarta untuk air baku. Misalnya, Palyja mengambil air baku dari Kali Cisadane, Kali Krukut, Kali Pesanggrahan, dan Ciliwung, sedangkan Aetra mengambil di Kali Sunter dan Ciliwung. (ARN)


Post Date : 11 Oktober 2011