|
Jakarta, Kompas - Timbunan sampah yang menggunung di Leuwigajah, Jawa Barat, sebe- narnya dapat diatasi dengan teknik pengomposan dan pembakaran di insinerator. Dengan cara itu, paling tidak bisa dihasilkan pu- puk organik yang dapat diman- faatkan untuk menyuburkan tanaman di lahan pertanian. Menumpuk sampah-apalagi di tempat yang tidak layak-memang dapat menimbulkan banyak masalah, terutama tercemarnya air tanah dan penyebaran bibit penyakit, serta pencemaran udara ke wilayah di sekitarnya. Teknologi pengelolaan sampah organik itu dikemukakan Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Umar A Jenie ketika meresmikan kantor bersama UPT Balitbang Biomaterial LIPI dan Research Institute for Sustainable Humanosphere (RISH) Kyoto University di Cibinong, Jumat (25/2). Menurut Umar, LIPI telah merancang bangun insineratorinstalasi pembakaran sampah organik, di antaranya telah di pakai di kawasan Bumi Serpong Damai, Banten. Selain itu, dengan memanfaatkan mikroorganisme tertentu untuk mengurai sampah dihasilkan pupuk kompos. Teknik pembuatan kompos, kata Deputi Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Dr Endang Sukara menambahkan, telah diterapkan di Palembang, dengan kapasitas 20 ton per hari. Pengetahuan ini juga te- lah diajarkan ke masyarakat, juga ke pesantren-pesantren di Garut, Cimahi, dan Ciamis, Jawa Barat. Pupuk kompos yang dihasilkan digunakan untuk pertanian organik. Mengatasi sampah perkotaan dapat juga dilakukan dengan menumpuk dan menutupnya dengan plastik hingga menghasilkan gas metan, yang kemudian dikonversikan menjadi tenaga listrik. Teknik ini antara lain dikembangkan di Inggris dan Jepang. "Di Fukuoka dan Kyushu, Jepang, sekitar 10 persen energi listrik dihasilkan dari sampah. Proyek percontohan teknik pengolahan sampah dengan cara ini dapat dirintis di Indonesia, dengan melibatkan masyarakat," ujarnya. Terkait peresmian kantor ber- sama UPT Balitbang Biomaterial LIPI dan RISH Kyoto University, Kepala UPT Balitbang Biomaterial LIPI Dr Bambang Subiyanto APU menjelaskan, di sini akan dikembangkan teknik pemanfaatan limbah kayu di hutan tanaman industri dan lahan pertanian. Dalam kerja sama itu perhatian ditujukan pada pemanfaatan kayu akasia mangium. Selama ini, akasia hanya digunakan untuk bahan baku pulp dan kertas. Ternyata, tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk bahan struktur konstruksi ringan pada rumah dan bangunan bertingkat. Limbahnya berupa potongan kayu dan ranting dapat digunakan untuk panel. Sementara kulit kayunya dipakai untuk menggantikan perekat berbagai formaldehid dari minyak bumi yang membahayakan lingkungan. (yun) Post Date : 01 Maret 2005 |