|
Bandung, Kompas - Sampai hari Selasa (15/3), jalur yang akan dilewati delegasi peserta Konferensi Asia Afrika tanggal 24 April 2005 memang cukup bersih dari sampah. Namun, tumpukan sampah masih terlihat di ruas jalan yang tidak jauh dari jalur yang akan dilalui delegasi KAA. Misalnya di Jalan Aruna, sekitar 500 meter dari pintu gerbang Bandara Husein Sastranegara, Bandung, tumpukan sampah sudah sangat tinggi dan menimbulkan bau busuk. Sementara itu, trotoar di beberapa ruas jalan yang akan dilewati delegasi peserta Konferensi Asia Afrika (KAA) sudah diganti dengan keramik berwarna merah. Akan tetapi, di sejumlah ruas jalan lain sampah sudah menggunung, bahkan telah tumpah ke badan jalan. Akibatnya, jalan dua jalur di Jalan Aruna hanya bisa dilewati satu mobil. Tumpukan sampah juga tampak di Jl Pajajaran, Jl Cicendo, dan Jl Perintis Kemerdekaan. Di jalur yang akan dilewati delegasi peserta KAA, saat ini tumpukan sampah terlihat di sejumlah gerobak yang berada di perempatan Jalan Aceh, Jl Wastukencana, serta di sepanjang Jl Cikapundung Barat. Ruas jalan yang dipersiapkan untuk rute delegasi peserta KAA adalah Jl Pajajaran, Wastukencana, Jl RE Martadinata, Merdeka, Lembong, Tamblong, Asia Afrika, Cikapundung Timur, Naripan, Braga, dan Jl Perintis Kemerdekaan. Dalam peringatan KAA ke-50 nanti, rencananya akan datang 642 orang delegasi dari 105 negara. Mereka akan terbang dari Jakarta menggunakan pesawat Boeing 737-300 melalui Bandara Husein Sastranegara, kemudian menuju Hotel Savoy Homann, Bandung. Petugas khusus Di sepanjang jalan yang akan dilewati delegasi KAA nyaris tidak ada sampah yang bertumpuk karena memang tidak terdapat tempat pembuangan sampah di pinggir jalan. Di jalan-jalan itu Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung sengaja menempatkan petugas penyapu jalan khusus. Para petugas tersebut diberi fasilitas tambahan. Mereka yang biasanya hanya mendapatkan gaji Rp 400.000 sebulan, sekarang setiap hari petugas khusus mendapatkan uang tambahan sebanyak Rp 12.000 dan uang susu Rp 1.500. Sutarman (36), seorang penyapu di Jl Pajajaran, mengaku beruntung terpilih sebagai penyapu jalan khusus. Selama enam jam sehari ia terus-menerus menyapu jalan yang ditugaskan kepadanya agar tampak bersih. "Daun gugur saja tidak boleh ada di jalan ini. Setiap hari akan ada pengawas datang melihat pekerjaan saya," kata Sutarman. Penampung sampah Kondisi ini jauh berbeda dengan jalan-jalan lain di Kota Bandung. Kalau di jalur KAA daun gugur juga tidak boleh mengotori jalan, di sebagian besar ruas jalan lain di Kota Bandung justru tumpukan sampah yang sudah menggunung telah menimbulkan bau busuk. Tidak hanya menimbulkan bau tidak enak, tumpukan sampah itu juga sering kali menimbulkan kemacetan. Perhelatan peringatan KAA juga meresahkan penampung sampah kertas di Pasar Koran di Jalan Cikapundung Timur yang berada di seberang Gedung Merdeka. Ningsih (35) mengaku saat ini dia sudah tidak nyaman lagi bekerja. "Saya dengar kabar minggu ketiga bulan Maret pengumpul kertas sudah tidak bisa lagi bekerja di tempat ini," ujar ibu lima anak ini. Ningsih mengaku bimbang. Ia dan suaminya terpaksa libur satu bulan. "Saya bingung, tiga anak saya kan tetap harus sekolah," ujar Ningsih yang memiliki dua anak di sekolah menengah pertama dan seorang di sekolah dasar. Ningsih menjelaskan, kebutuhan hidupnya Rp 50.000 per hari. Ketika KAA dilangsungkan tahun 1955, Kota Bandung masih bersih dan nyaman serta terbebas dari tumpukan sampah.(y09) Post Date : 16 Maret 2005 |