|
[BEKASI] Warga di seputar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang, Bekasi, kembali mengeluh soal tingginya tumpukan sampah di Bantargebang yang menurut perhitungan mereka telah mencapai 25 meter. Warga takut peristiwa maut akibat gunungan sampah longsor kembali terulang. "Perhitungan kami gunungan sampah sudah mencapai 25 meter. Setiap hari truk yang masuk mengangkut sampah ke Bantargebang mencapai 800 - 900 truk atau sekitar 6.000 ton sampah. Kami takut jika gunungan sampah itu dibiarkan menggunung dan musim hujan ini longsor akan memakan korban jiwa lagi," ujar Arman Tasrib mewakili Forum Warga Bantargebang kepada wartawan di Bekasi, Jumat. Menurut Arman, dalam kurun waktu dua hingga tiga bulan ini tumpukan sampah di daerahnya terlihat lebih banyak karena Pemerintah DKI tengah giat mengangkat sampah yang menggangu aliran Sungai Ciliwung, Citarum, dan Cisadane guna mengantisipasi musim hujan dan berpotensi menyebabkan banjir. Dikatakan, sampah di DKI Jakarta setiap hari mencapai 6.000 ton. Tapi sayang, hanya 1.000 ton sampah saja yang dapat diolah dengan teknologi. Selebihnya, atau sebanyak 5.000 ton menggunung di TPA Bantargebang. Sementara itu, Indira, salah seorang warga Bantargebang menyebutkan berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi saat ini sumur-sumur warga masyarakat dengan radius 1.500 meter dari TPA Bantargebang tercemar akibat resapan air dari tempat pembuangan sampah tersebut. Keberadaan TPA Bantargebang di Kota Bekasi dengan luas areal sekitar 108 hektar, adalah milik Pemda DKI Jakarta dengan investasi sekitar Rp 10,8 miliar. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang terletak di Bekasi meliputi tiga kelurahan, yakni Kelurahan Sumur Batu, Kelurahan Ciketing, dan Kelurahan Cikiwul. [E-5] Post Date : 08 November 2008 |