|
SEMARANG- Tujuh dari 16 kecamatan di Kota Semarang termasuk daerah rawan kekeringan. Data yang dirilis Badan Kesbanglinmas Kota Semarang, Senin (10/7) menunjukkan, ketujuh wilayah rawan kekeringan itu yakni Kecamatan Mijen, Banyumanik, Candisari, Pedurungan, Tugu, Gunungpati, dan Tembalang. ''Itu merupakan data sementara, untuk angka pastinya kami masih melakukan inventarisasi. Mudah-mudahan, Rabesok (12/7) nanti hasilnya bisa kami paparkan,'' kata Kepala Kesbanglinmas Kota Semarang Drs Sujitno. Dipaparkannya, data sementara yang dimiliki Kesbanglinmas, Kecamatan Tugu memiliki wilayah rawan kekeringan paling banyak. Tercatat, enam kelurahan di kecamatan itu berpotensi mengalami kekeringan di musim kemarau, yakni Jrakah, Tugurejo, Karanganyar, Randugarut, Mangkangwetan, dan Mangunharjo. Berikutnya, Kecamatan Gunungpati memiliki lima kelurahan rawan kekeringan, yakni Sukorejo, Nongkosawit, Kalisegoro, Kandri, dan Gunungpati. Di Banyumanik ada empat yaitu Banyumanik, Pudakpayung, Gedawang, dan Jabungan. Kecamatan Candisari dan Tembalang, masing-masing memiliki dua kelurahan yang harus diwaspadai mengalami kekeringan. Sementara Pedurungan dan Mijen masing-masing dua kelurahan. Kelurahan-kelurahan itu yakni Jomblang, Jatingaleh, dan Candi (Candisari), Meteseh, Mangunharjo, dan Sendangguwo (Tembalang), Tlogomulyo dan Plamongansari (Pedurungan), serta Karangmalang dan Polaman (Mijen). ''Di luar kelurahan yang terdata pada kami, bukan tidak mungkin masih ada kelurahan lain yang rawan kekeringan. Itu yang masih kami inventarisasi,'' kata Sujitno. Pantauan di lapangan menunjukkan, sejumlah kampung di Kota Semarang mulai mengalami kekeringan. Untuk itu, warga mulai mencari air dari sumber-sumber yang terdapat di sekitar tempat tinggal mereka. Seperti terlihat di Kampung Tlumpak Kelurahan Tandang, Tembalang. Warga membuat belik di dasar sungai yang terletak sekitar 500 meter dari permukiman. Setiap pagi dan petang, mereka berbondong-bondong mendatangi sungai itu. Selain mencari air untuk memasak, di tempat itu warga sekaligus mandi dan mencuci pakaian. Sementara itu untuk mendapatkan air bersih, warga Kampung Kalialang Kelurahan Sukorejo, Gunungpati memanfaatkan Sendang Gayam. Untuk itu mereka harus berjalan kaki melalui jalan setapak sejauh kurang lebih 1,5 km. Pada musim kemarau seperti sekarang, sumur-sumur gali yang selama ini menjadi gantungan mulai mengering. Praktis, satu-satunya sumber air yang mereka harapkan hanya Sendang Gayam. Solusi Terpisah, Wali Kota Sukawi Sutarip menginstruksikan semua camat dan lurah agar menginventarisasi daerah rawan kekeringan. Hal itu dilakukan untuk mempersiapkan dan mengambil langkah antisipatif. Dia menawarkan solusi untuk mengatasi kekeringan. Bagi daerah yang dekat dengan mata air, sambungnya, Pemkot akan memberi bantuan pompa air. ''Untuk daerah yang jauh dari mata air, pemerintah akan mengerahkan tangki air untuk mendistribusikan air dari PDAM. Gratis,'' kata dia. Oleh sebab itu, dia memerintahkan camat yang daerahnya dilanda kekeringan agar secara proaktif melaporkan hal itu pada para asisten dan sekda. Sampai saat ini, dia mengaku dbelum menerima laporan masalah kekeringan tersebut. Dijelaskannya, kekeringan merupakan hal rutin yang terjadi di Semarang dan semestinya sudah dapat waspadai jauh-jauh hari. Kendati demikian, pihaknya akan memastikan, tidak ada warga Semarang yang kekurangan air minum. (H9,H11,H6-62) Post Date : 11 Juli 2006 |