|
TUBAN - Kekeringan di wilayah selatan Tuban belakangan ini kian memprihatinkan. Hal ini menyusul keringnya sebagian besar sumber air seperti sumur dan telaga di wilayah itu sejak empat bulan terakhir. Daerah yang dilanda kekeringan itu antara lain di Kecamatan Semanding, Merakurak, Kerek, Singgahan, Grabagan, Montong, Bancar, dan sebagian wilayah Jatirogo. Untuk mendapatkan air bersih, warga di daerah itu harus berjuang keras. Di Desa Koro, Kecamatan Merakurak, misalnya, setiap hari mereka antre di bak bedahan, yakni, salah satu tempat penampungan air. Air yang ditampung di bak tanam berukuran 2x3 meter dengan kedalaman sekitar 2 meter itu dari sumber air Ngipeng, Kecamatan Merakurak, sekitar 7 kilometer dari desa tersebut. Di tempat itu, begitu air sedikit menggenang, warga sudah berebut menimbanya. Sedangkan untuk mendapatkan satu jeriken air, warga butuh waktu sekitar 15 menit. Mereka mengambil air menggunakan timba yang dipasang di ujung bambu. Menurut Juwariyah, 30, warga setempat, ada juga beberapa warga yang menjual air dari bak bedahan tersebut. Per jeriken, Rp 1.000. Namun, karena keterbatasan air dari bak bedahan, ada juga warga patungan membeli air dengan truk tangki. Setiap tangki air isi 3 ribu liter, Rp 55-60 ribu. Sulitnya mendapatkan air juga dialami sebagian warga Dusun Karangrejo, Desa Penambangan, Kecamatan Semanding. Di dusun ini, per jeriken air dijual antara Rp 1.500 sampai Rp 2.000. Air itu diambil dari sumber air Bektiharjo, sekitar 4 kilometer dari dusun tersebut. Sementara itu, di daerah pegunungan kapur Grabagan warga juga terlihat antre di dua sumur yang masih ada airnya. Di antara mereka adalah wanita yang menggendong buyung (tempat air dari tanah). Di sejumlah desa di Kecamatan Singgahan dan Jatirogo, sungai yang jadi tumpuan warga juga mulai mengering. (ds) Post Date : 03 September 2006 |