|
BANDUNG, (PR). Meski Wali Kota Bandung Dada Rosada telah menetapkan Pasirbajing, Kec. Banyuresmi, Kab. Garut sebagai tempat pembuangan akhir (TPA) sementara sampah dari Kota Bandung, gunungan sampah masih belum diangkut dari 189 tempat pembuangan sementara (TPS). Pasalnya, warga setempat sempat menghadang jalan masuk ke TPA Pasirbajing yang disewa 3 bulan senilai Rp 500 juta itu. Sebanyak 50 armada PD Kebersihan sudah siap berangkat setelah diberi pengarahan oleh Dirut PD Kebersihan Awan Gumelar, tapi tidak jadi berangkat. Padahal, teknis pengangkutan yang rinci termasuk gambaran medan yang berkontur naik turun pun telah dipaparkan kepada tiap pengemudi truk, kata Humas PD Kebersihan Sefrianus Yosef, Rabu (17/5). Akibatnya, 247.500 m3 sampah yang tidak terangkut selama 33 hari, masih menggunung di tiap TPS dan jalan-jalan di Kota Bandung. Padahal, PD Kebersihan memprediksi bisa mengangkut 1.000 m3 sampah/hari ke Pasirbajing dengan 2 rit total armada yang beroperasi. Sementara, Wali Kota Bandung Dada mengatakan, prioritas pengangkutan sampah di Kota Bandung adalah jalan-jalan protokol, sebab banyak sampah yang telah memenuhi jalan. Selain itu, juga yang dekat sekolah, pondok pesantren, rumah sakit tempat-tempat yang dekat orang-orang berkumpul, ujarnya. Dada mengakui adanya penghadangan di Garut, tapi dia mengatakan kendala itu telah diselesaikan. Padahal kami warga Garut dan Bandung saling mengisi dan banyak warga Garut yang diam ataupun bekerja di Bandung begitu pula sebaliknya. Ya, kita saling bantu, katanya. Kendati demikian, Dada atas nama Pemerintah Kota Bandung mengucapkan terima kasih kepada bupati dan seluruh warga Garut terutama warga Pasirbajing, yang telah bersedia menyewakan lahannya untuk sementara digunakan Pemerintah Kota Bandung. Pengolahan sampah nonorganik Sementara itu, pada kunjungannya ke tempat pengolahan sampah nonorganik di Cipamokolan Kec. Rancasari, Dada mengharapkan agar semua usaha pengolahan dapat mandiri seperti yang dilakukan John Peter di Cipamokolan. Warga juga diminta turut mendukung salah satunya dengan tidak membuang sampah plastik ke TPS, tetapi langsung menyerahkannya ke tempat pengolahan untuk mengurangi biaya produksi. Di tempat pengolahan yang telah berjalan selama kurang lebih 3 tahun itu, sampah plastik diolah dan dihancurkan menjadi biji plastik untuk selanjutnya menjadi bahan baku kantong kresek. Setiap bulannya pengolahan ini mampu mengolah 100 ton sampah plastik. Bergabung Dari Cimahi dilaporkan, Wali Kota Itoc Tochija mengatakan sudah berkoordinasi dengan Pemkot Bandung soal tempat pembuangan sampah. Pak Dada mengizinkan kami untuk bergabung. Semoga bukan hanya yang sifatnya sementara karena butuh tempat lain untuk pengelolaan sampah, katanya usai memantau pelaksanaan UN di SMAN 2 Cimahi . Dikatakan, dalam pengangkutan sampah diharapkan tidak ada hambatan. Dengan adanya tanggapan dari Pemkab Garut yang mau menampung sampah dari Bandung dan Cimahi, berarti ada nilai kebersamaan di wilayah Priangan. Ini yang harus diperhatikan, kata Itoc. Diperkirakan tumpukan sampah yang tersebar di 51 tempat penampungan sementara (TPS) di Kota Cimahi sampai Mei 2006 mencapai 10.000 m3. Bila volume bak kendaraan pengangkut sampah mencapai 10 m3, dibutuhkan 1.000 kendaraan untuk menyapu bersih tumpukan sampah. Menurut Kabid Pencegahan Pengendalian Pencemaran Lingkungan (P3L) Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kota Cimahi Ir. Dien Wulandiati, Wali Kota Cimahi sudah menginstruksikan agar pihaknya mempersiapkan diri untuk mengangkut sampah dalam waktu dekat. Kapan dan ke mana sedang dikooordinasikan dengan pihak PD Kebersihan Kota Bandung, katanya. (A-159/A-158/A-157/A-155) Post Date : 18 Mei 2006 |