JAKARTA - Tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) dalam kota akan dibangun dengan nama Intermediate Treatment Facilities Cakung Cilincing (ITF Cacing). Diharapkan, ITF itu bisa menampung 1.500 ton sampah per hari. Saat ini, volume sampah yang masuk ke tempat tersebut baru sekitar 300 ton sampah per hari.
Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Eko Bharuna, mengatakan, TPST dalam kota dibangun untuk menangani peningkatan volume sampah 20 tahun ke depan. Proses lelang investasi ini akan dilakukan pada November 2010. Diharapkan pada Februari 2011, pembangunan fisik ITF Cacing sudah bisa dimulai dan dapat rampung pada pertengahan 2012.
"Lelangnya bukan berdasarkan Keppres 80 tahun 2003, tetapi lelang investasi," katanya, akhir pekan lalu. Sistemnya akan menggunakan build operate transfer (BOT) selama 30 tahun. Setelah itu, nanti akan diserahkan ke pemprov berupa lahan dan seluruh fasilitas yang ada di ITF Cacing. "ITF Cacing akan ditingkatkan menjadi TPST dalam kota yang modern," katanya.
Menurutnya, sudah ada investor dari Singapura yang tertarik menanamkan modalnya untuk pembangunan ITF Cacing. "Investor tersebut yaitu Keppel Land," ujarnya. Keppel Land merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan sampah di Singapura. Baru tiga bulan yang lalu, ujarnya, Keppel Land meresmikan TPST dalam kota dengan teknologi modern. Kemudian, perusahaan ini berniat akan menerapkan teknologi ini di ITF Cacing dan dia melihat peluangnya sangat besar karena belum ada kota atau kabupaten provinsi di Indonesia menerapkan teknologi tersebut.
Teknologi modern yang akan diterapkan, yaitu sampah akan diolah dengan incenarator generasi keempat yang bisa langsung membakar sampah dengan suhu yang sangat tinggi menjadi listrik. Incenarator ini merupakan teknologi ramah lingkungan karena tidak menimbulkan bau sampah dan tidak memakan lahan yang luas.
Tidak seperti TPST Bantargebang dan TPST Ciangir yang membutuhkan lahan puluhan hektare, teknologi ini hanya membutuhkan 1,5 hektare untuk menampung 1.500 ton sampah per hari. Menurutnya, investasi yang akan ditanamkan sekitar Rp 1 triliun. Pihak investor sudah bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta. "Mudah-mudahan bisa langsung disetujui," ujarnya.
Menurutnya, teknologi tersebut merupakan tipe teknologi untuk perkotaan dan cocok dibangun di daerah industri. Sebab, dalam prosesnya, kendaraan truk sampah akan langsung ke dalam gedung tempat pengolahan sampah. Sampah langsung digiling tanpa dipilah. Kemudian, sampah dibakar dengan suhu tinggi hingga menghasilkan listrik. "Istilah ITF ini merupakan pabrik sampah," katanya.
Teknologi ini dinilainya cocok dengan karakter sampah di Ibu Kota yang sulit dipilah. "Dengan sistem ini, sampah langsung masuk, diproses, dibakar dengan suhu tinggi, dan tidak mengeluarkan asap," tuturnya. Sampah akan diolah menjadi listrik sebesar 25 megawatt dan akan dijual ke Perusahaan Listrik Negara (PLN) senilai Rp 820 per kilowatt hour (kwh).
Menurut Eko, setelah ITF Cacing beroperasi, akan dilanjutkan dengan pembangunan ITF Marunda dan Sunter. ITF Marunda mampu menampung 1.500 ton sampah per hari. Sdangkan ITF sunter mampu menampung 1.500 ton sampah per hari. Namun, dari ketiga TPST dalam kota tersebut, yang akan dibangun lebih dulu, yaitu ITF Cacing, Jakarta Utara. Ketiga ITF ini diharapkan dapat membantu menangani peningkatan volume sampah selama 20 tahun ke depan yang diprediksikan mencapai 9.200 ton sampah per hari. c22
Post Date : 18 Oktober 2010
|