|
Jakarta, kompas - Pembuangan sampah warga Jakarta ke tempat pembuangan akhir atau TPA sampah seharusnya mulai dikurangi. Sebab, ke depannya TPA bukan lagi sebagai penampung segala jenis sampah yang diproduksi warga, melainkan hanya untuk residu sampah atau sampah yang benar-benar tidak bisa dimanfaatkan lagi. Kepala Subdinas Penyuluhan dan Bina Peran Serta Masyarakat Dinas Kebersihan DKI Jakarta Rusman Sagala, Rabu (25/10), mengatakan, pengelolaan sampah ke depan harus dengan konsep meminimalkan pembuangan sampah hingga ke titik nol atau lebih populer dengan istilah zero waste. "Untuk tidak membuang sampah sama sekali kan tidak mungkin. Tetapi, harus diupayakan sampah yang dibuang ke TPA itu benar-benar residunya saja," kata Rusman. Upaya yang dilakukan adalah dengan mengurangi produksi sampah di sumbernya. Untuk pelaksanaan 3R, yakni reduce, reuse, dan recycle, harus dimulai dari rumah tangga. Yang tidak kalah pentingnya juga sebagai saringan sebelum dibuang ke TPA adalah mengurangi sampah di tempat pembuangan sampah sementara (TPS). Ketika kesadaran warga untuk memilah dan mengolah sampah di rumah belum membudaya, pengurangan volume sampah yang dibuang ke TPA bisa dilakukan di TPS itu. Menurut Rusman, usaha untuk mengurangi volume sampah sejak di TPS sudah dilakukan Dinas Kebersihan DKI sekitar lima tahun lalu bekerja sama dengan BPPT. Proyek percontohan dilakukan di Rawasari, yang berdekatan dengan kantor Suku Dinas Kebersihan Jakarta Pusat. "Saat ini di tiap wilayah sebenarnya ada satu TPS zero waste. Sampah warga dimusnahkan dengan incenerator yang masih bisa dipakai. Ini hanya salah satu cara untuk mengurangi sampah sebelum dibuang ke TPA," kata Rusman. Keberadaan TPS zero waste ini, kata Rusman, sebenarnya harus terus ditingkatkan. Sebab, pengelolaan sampah sudah harus mulai dilakukan dalam skala kawasan. Dalam perkembangan di lapangan, TPS zero waste yang ada diarahkan kepada pengolahan sampah yang memberi nilai ekonomi pada masyarakat sekitar. Sampah yang ditumpuk di TPS itu dimanfaatkan untuk kompos. Sampah lainnya bisa dimanfaatkan pemulung. Menurut Rusman, kendala untuk mengembangkan TPS zero waste saat ini adalah keterbatasan lahan. Setidaknya dibutuhkan lahan seluas 300-400 meter persegi supaya leluasa untuk memilah dan mengolah sampah. Salah satu TPS zero waste yang menghasilkan kompos terlihat di TPS Cijantung yang dikelola Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur. Sampah yang belum terpilah ditampung di dalam sebuah kontainer. Sebanyak empat pemulung memilih-milih sampah yang laku dijual. Dengan demikian, sampah sudah berkurang. Sementara itu, enam pekerja yang khusus mengolah kompos memilah sampah organik. Beberapa peralatan pembuatan kompos yang sudah tua berhasil membuat sampah yang tidak berguna jadi bernilai uang. Kepala Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur Wira Haryadi mengatakan, TPS zero waste akan dikembangkan di 10 kecamatan mulai tahun depan. Diperkirakan untuk satu TPS zero waste ini membutuhkan anggaran sebesar Rp 150 juta. (ELN) Post Date : 26 Oktober 2006 |