|
[JAKARTA] Operator air minum PT Thames PAM Jaya (TPJ) harus bertanggung jawab terkait krisis air bersih di Jakarta Utara dan Jakarta Timur. Walau untuk itu operator harus mengeluarkan biaya produksi yang tinggi. Operator air minum lainnya, PT Palyja juga mesti memberikan pelayanan pasokan air bersih ke warga dengan maksimal. "Dua operator itu walau berat, harus bertanggung jawab. Operator harus berupaya dengan keadaan yang ada melakukan treatment sebaik-baiknya walau mengeluarkan biaya yang tinggi. Permasalahannya adalah biaya tinggi. Biaya itu harus ditanggung operator, tidak ada kenaikan tarif konsumen," ujar Kepala Badan Regulator Pelayanan Air Minum (BR-PAM) Achmad Lanti kepada SP, akhir pekan lalu. Dijelaskan, krisis air yang terjadi merupakan kondisi dilematis. Tingkat kekeruhan air baku yang telah mencapai 9.000 Nephelometric Turbidity (NTU) disebabkan saat kemarau TPJ berkompetisi dengan saluran irigasi sehingga pasokan air berkurang. Sebaliknya saat musim hujan, air berlimpah namun kekeruhan bertambah karena erosi. Achmad menuturkan, rencananya swasta akan diundang membuat instalasi pengolahan air, yaitu pengaliran air dari Jatiluhur langsung ke Jakarta dengan pipa. Sumber air Jatiluhur 12,5 miliar liter per detik dinilai Achmad sangat besar dan tidak akan habis, kualitasnya bagus (jernih), serta tidak akan berkurang pada musim kemarau sehingga tidak perlu bersaing dengan irigasi. Pengamat soal sumber daya air Nila Ardhianie, menjelaskan PT TPJ seharusnya mendapat denda konsensi dari Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya dan memberikan tangki air gratis pada masyarakat. [IGK/HDS/Y-4] Post Date : 17 Maret 2008 |