|
BANDUNG, (PR).-Seiring datangnya musim hujan, areal di sekitar TPA Sarimukti, Kec. Cipatat, Kab. Bandung, kini dilakukan pengerukan untuk membuat saluran air. Hal itu, guna mengantisipasi kemungkinan longsor sampah akibat aliran air dari bukit yang meluncur ke lokasi TPA. Saluran itu, dibuat sepanjang 600 meter dengan kedalaman 100 cm dan lebar 80 cm. Pengerukan dilakukan menggunakan dua backhoe sejak Jumat (3/10) hingga Minggu (5/11). Untuk sementara, pembuatan saluran air hanya dilakukan dengan mengeruk tanah di samping bukit di depan lokasi TPA. Namun untuk selanjutnya, kemungkinan dipermanenkan mengingat daerah tersebut termasuk daerah labil. Menurut Kasubsi Pengaturan TPA Kota Bandung, Riswanto, pembuatan saluran air merupakan inisiatif pengelola TPA. "Sekarang kan sudah masuk musim hujan. Saluran air ini, dibuat untuk antisipasi mencegah turunnya air dari arah bukit ke TPA," katanya. Riswanto mengatakan, jika air dari bukit tidak dialirkan dan masuk ke lokasi TPA, akibatnya bisa fatal. "Bisa saja terjadi longsor, karena air masuk ke rongga-rongga sampah. Apalagi, daerah di sekitar TPA masih labil dan belum ada tembok penahan yang kuat," ungkapnya. Dia menuturkan, pembuatan saluran air diutamakan di depan lokasi TPA dulu. Antisipasi lain, ujar Riswandi, tanah yang dikeruk di timbun ke atas tumpukan sampah untuk melapisi dan memperkeras sampah dengan tanah. Dengan demikian, mengurangi kemungkinan air bisa masuk ke celah-celah kosong. Tiga kolam Guna mengalirkan cairan sampah (air lindi), telah dibangun tiga kolam lindi berukuran 25 m x 40 m. Namun penggunaannya belum maksimal, bahkan baru dua kolam yang terisi. Sedikitnya 30 pipa sepanjang 10 m yang seluruh bagiannya dilubangi, ikut ditanam di beberapa titik pada lapisan sampah untuk mengeluarkan gas metan (CH4) yang berada di lapisan bawah. Saat hujan beberapa waktu lalu, lanjut Riswandi, turunan air hujan dari arah bukit memang belum ada. "Tanah di bagian atas bukit memang masih kering, sehingga air hujan langsung terserap. Tapi, kalau curah hujan tinggi, bisa saja air dari bukit mengalir ke arah TPA," tuturnya. Ditambahkan Riswandi, hujan juga menyebabkan terhambatnya arus pengiriman sampah ke TPA. Kondisi sebagian jalan menuju TPA sepanjang 6 km, merupakan jalanan berbatu dan dipenuhi longsoran tanah dari bukit. Setelah turun hujan, jalan tersebut menjadi kubangan lumpur yang menghambat laju truk sampah. Bahkan, Minggu siang kemarin satu unit truk sampah hampir terguling, ketika melintas pada ruas jalan yang rusak karena jalan penuh dengan lumpur. Akibatnya, sempat terjadi antrean 10 truk sampah di belakangnya. Salah seorang pemulung yang tinggal di lokasi TPA, Neni (21), mengaku waswas saat hujan lebat turun, Sabtu (4/10) malam. Neni berlindung dari curahan hujan bersama suami dan dua anaknya di gubuk berukuran 2x2 m, beratapkan plastik terpal, dan dinding tripleks. Sebelumnya, beredar isu bahwa terjadi longsor sampah di lokasi tersebut beberapa hari setelah Idulfitri. "Takut juga kalau emang kejadian longsor di sini," katanya. (A-158) Post Date : 06 November 2006 |