|
BANDUNG, (PR).-Pemerintah harus segera melakukan penataan fisik dan lingkungan tempat pembuangan akhir sampah (TPA) Leuwigajah, terlepas apakah TPA itu akan ditutup selamanya atau digunakan lagi. Sementara itu, karena belum juga mendapat tempat pembuangan akhir (TPA) baru, Pemkot Cimahi memutuskan untuk membuang sebagian sampahnya ke TPA Pasir Impun milik Pemkot Bandung, mulai Jumat (1/4) ini. Pengangkutan sampah akan ditangani pengusaha Istana Grup yang menyatakan kesediaannya membantu Kota Cimahi, Kota. Bandung, dan Kab. Bandung. Prof. Enri Damanhuri dari Departemen Teknik Lingkungan FTSP ITB pada lokakarya "Mitigasi Ancaman Bencana di TPA Sampah" di Pusat Pendidikan Keahlian Teknik (Pusdiktek) Jln. Abdul Halim Bandung, Kamis (31/3), menyebutkan, "Saat ini, longsoran sampah dibiarkan begitu saja. Hal itu tentunya akan mengakibatkan permasalahan lingkungan sekitar TPA. Lindi (air larutan sampah) yang tidak terkendali akan mencemari air di hilirnya. Belum lagi bau dan lalat." Menurutnya, dari hasil penelitian kondisi geoteknik dan hidrogeologi disimpulkan, lokasi TPA Leuwigajah terletak di daerah perbukitan dengan kemiringan agak terjal (lebih dari 30%). Pada musim kemarau dengan dengan curah hujan sedikit, lokasi ini akan menjadi daerah resapan. Namun, pada musim hujan, akan berubah menjadi daerah pengeluaran air yang muncul dalam bentuk mata air musiman. "Kondisi itu membutuhkan drainase di bawah dasar (under drainage) untuk mengalirkan air agar tidak masuk ke dalam timbunan sampah," kata Enri. Ditambahkan, hampir semua pemerintah daerah tidak mempunyai alternatif lain bila TPA mereka mengalami gangguan. Bahkan, mereka tidak mempunyai pengalaman dalam menangani sampah secara baik dan berkesinambungan. "Buktinya, dengan tidak berfungsinya TPA Leuwigajah, ketiga daerah sibuk mencari alternatif. Pemkot Bandung mencoba mencari alternatif dengan memanfaatkan TPA yang telah lama ditutup seperti TPA Cicabe dan Pasir impun. Tapi sampai berapa lama?" ujarnya. Untuk itu, dalam jangka pendek keberadaan TPA akan sangat diperlukan. Mengingat kebutuhan lahan TPA yang sangat besar, TPA Leuwigajah akan tetap menjadi andalan. Namun, ke depan, harus dibentuk sebuah pengelolaan tunggal yang dapat diterima oleh ketiga pemerintah daerah. Diangkut ke Jelekong Mengenai rencana pengangkutan sampah dari Cimahi ke TPA Pasir Impun, Wali Kota Cimahi Itoch Tohija menyebutkan, mulai besok (Jumat, 1/4), Istana Grup akan membantu mengangkut 5.000 m3. Selain Cimahi, pengusaha itu juga membantu Kab. Bandung sebanyak 5.000 m3 dan Kota Bandung 10.000 m3," katanya usai menghadiri ekspos salah satu investor dari Kanada yang tertarik mengelola TPA Leuwigajah Cimahi di Balai kota Cimahi, Kamis (31/3). Karena belum memiliki TPA baru, tumpukan sampah di Kota Cimahi sebagian besar masih tertahan di TPS-TPS. Upaya komposting yang dikembangkan Pemkot Cimahi belum banyak berarti mengurangi jumlah sampah, sebab volume sampah di Kota Cimahi mencapai 1.150 m3/hari. Sebelum musibah longsor saja, sampah yang terangkut hanya 450 m3/hari. Jadi, masih ada 700 m3/hari sampah yang belum terangkut. Pascalongsor, dari 1.150 m3 sampah hanya 70-80 m3 sampah/hari yang bisa dibuang ke TPA Jelekong. Dengan demikian, selama itu pula, sampah masih menumpuk di TPS dan rumah-rumah. (A-115/A-136) Post Date : 01 April 2005 |