|
SURABAYA– Pembangunan tempat pembuangan akhir (TPA) baru di Kota Pahlawan kembali meleset. Rencana Pemkot Surabaya untuk membangun TPA di kawasan keputih harus gagal terwujud karena dinilai terlalu dekat dengan pemukiman warga. Pemkot pun kini mengkaji ulang pembangunan TPA yang jadipusatpembuangansampah di Surabaya.Proses pengkajian ulang itu tak lepas dari sorotan banyak pihak, karena pembuatan TPA sampah Keputih yang rencananya masuk dalam draf Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Surabaya dinilai bakal menambah masalah baru. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Hendro Gunawan ketika dikonfirmasi mengakui adanya pembahasan ulang pembangunan TPA di Keputih.Perubahan itu harus dilakukan karena banyak halangan dan dampak negative kalau terus dilakukan. ”Kajian ulang kami lakukan terutama soal lokasinya,” ujar Hendro kemarin. Ia melanjutkan, nantinya dalam raperda RTRW tidak lagi disebutkan rencana TPA Surabaya yang akan datang ada di Keputih.Tapi, pihaknya akan menulisnya di kawasan Surabaya Timur. Sedangkan soal lokasi yang pastinya masih akan mengkajinya lagi. Hendro juga menyadari banyaknya sorotan soal rencana TPA baru yang ada di Keputih. Sebab, kawasan Surabaya Timur sudah penuh dengan perumahan warga dan banyak rumah mewah.Kalau dipaksakan berdiri TPA,maka protes keras akan diterima pemkot. Idealnya, katanya,TPA sampah di Surabaya harusnya ada empat lokasi yakni utara, timur, selatan dan barat.Tapi,kawasan yang memungkinkan masih bisa untuk dibuat TPA baru selain Benowo saat ini hanya di Surabaya Timur dan Barat saja. ”Kalau rencana TPA sampah di Keputih diprotes warga, kita harus carai lokasi lain yang lebih memungkinkan,” katanya. Pemkot selama ini punya program pengadaan TPA baru di Keputih yang sudah dirancang dalam dua tahun terakhir ini.Bahkan,luas lahan TPA Keputih yang baru nanti luasnya tidak 15 hektare, tapi 40 hektare. Namun, nantinya sampah TPA Keputih yang baru langsung diolah menjadi gas metan, listrik dan pupuk. Dengan demikian, lanjutnya, sampah tidak menumpuk di TPA, tapi langsun diubah menjadi gas metan , listrik dan pupuk. Upaya ini guna mengatasi pesoalan sampah yang setiap tahun volumenya terus bertambah banyak. Volume sampah kota Surabaya yang semula sebanyak 88.000 m3 /hari, kini menjadi sekitar 9.000- 10.000 m3/ hari. Hal itu seiirng dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk Surabaya itu sendiri. Terpisah, Ketua Komisi C DPRD Surabaya Sachiroel Alim mengatakan, rencana itu sama artinya menerapkan teori balon, yakni ditekan di Benowo masalahnya muncul di Keputih. Padahal, masalah sampah ini bakal membuat kawasan Surabaya Timur yang tidak ramah lingkungan.Terbukti, selama ini TPA sampah Keputih dan Benowo sering dikeluhkan warga sekitarnya. ”Kalau program itu tetap akan diwudjukan pemkot sama artinya bom sampah dipindah- pindah. Dari Keputih ke Benowo dan dari Benowo kembali lagi ke Keputih.Ini sebuah kekeliruan besar bagi pemkot,” katanya. aan haryono Post Date : 08 Agustus 2012 |