TPA Piyungan Kewalahan

Sumber:Koran Sindo - 25 Juli 2007
Kategori:Sampah Luar Jakarta
BANTUL(SINDO) Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan Kab Bantul kewalahan karena alat berat untuk pengolahan sampah minim. Di TPA ini, setiap harinya 350-400 ton sampah asal tiga daerah diolah.

Tiga daerah tersebut adalah Kab Sleman, Kota Yogyakarta dan Kab Bantul. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Piyungan Darsono mengungkapkan, peralatan yang ada saat ini belum memadai. Alat berat yang ada usianya rata-rata di atas sepuluh tahun.

Di TPA ini ada delapan alat berat, kalau semua alat ini kondisinya bagus sebenarnya sudah memadai. Tapi saat ini semuanya berusia di atas sepuluh tahun selama ini kita terkendala pemeliharaan alat yang begitu besar. Suku candangnya susah,terang dia. Lebih jauh Darsono mengungkapkan, idealnya usia maksimal alat-alat berat tersebut maksimal lima tahun. Secara teknis kalau tetap memaksakan menggunakan peralatan tersebut maka hasilnya tidak akan maksimal.

Saat ini luas total TPA Piyungan ini 12,5 hektare, di mana 2,5 haktare di antaranya digunakan untuk kantor, gudang dan jembatan timbang.Sementara sisanya digunakan untuk TPA. Saat ini Kimpraswil DIY tengah mengkaji perluasan TPA.

Dengan luas itu TPA ini diperkirakan akan penuh pada 2013 sampai 2015 mendatang. Setiap harinya ada 350-400 ton sampah masuk, yang paling banyak berasal dari Kota Yogyakarta, jelasnya. Rencananya, lanjut Darsono, pada 2007 dan 2008 akan dilakukan peningkatan kualiatas jalan menuju TPA sepanjang 2,8 kilometer. Pasalnya sejak 1990, belum ada perbaikan jalan sama sekali. Selain itu pihaknya juga membangun pengaman tebing dan pagar.

Saat ini pengelolaan sampah belum maksimal, baru dimanfaatkan oleh pemulung dan sapi ternak.Sementara untuk pemanfaatan yang lain seperti energi listrik masih menunggu investor, jelasnya.

Anggota Komisi B DPRD Kab Bantul Agus Sumartono mengungkapkan, TPA Piyungan tersebut sebenarnya adalah milik tiga daerah, yakni Kab Bantul, Sleman dan Kota Yogyakarta. Jadi perlu ada pembicaraan antara ketiga belah pihak tersebut. Perlu dibicarakan sharingnya. Dan harusnya Sleman dan Kota Yogyakarta lebih banyak, terang Agus Sumartono. (ainun najib)



Post Date : 25 Juli 2007