KLATEN(SI) – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jomboran di Kecamatan Kalikotes,Kabupaten Klaten, dituding mencemari lingkungan warga sekitar.
Mereka mengeluhkan adanya bau tidak sedap yang bersumber dari TPA. Warga harus selalu menutup hidung jika melewati TPA. Bau tersebut tambah menyeruak saat terjadi aktivitas pengolahan sampah (membalik sampah) bahkan tercium hingga radius 5 kilometer (km). Salah seorang warga sekitar, Mitro, mengaku sangat terganggu dengan bau sampah yang menyengat.
Apalagi dirinya setiap hari harus melewati TPA saat menuju ke tempat kerjanya. ”Baunya sangat menyengat di sore hari,”ujarnya. Kepala Dusun I Desa Jomboran Sudijo mengakui, sejumlah warga sudah berulang kali mengeluh bau tidak sedap dari TPA tersebut. Bahkan, pada November–Desember di desanya muncul banyak sekali lalat.
”Akibat yang dirasakan warga adalah setiap hari harus mencium bau tidak sedap, banyak lalat, dan lingkungan yang tidak sehat.Warga meminta agar TPA tersebut dipindah. Baunya sudah tidak tahan,” ujarnya. Kepala Badan Lingkungan Hidup Klaten Bambang Agoestiono mengakui, kapasitas TPA Jomboran sebenarnya sudah tidak memadai untuk menampung sampah.
Namun, pemerintah belum bisa menghentikan pembuangan sampah ke TPA Jomboran karena belum ada TPA pengganti. ”TPA tersebut sudah overload, umurnya sudah tua. Tapi, sebelum ada TPA pengganti kami belum bisa menghentikan pembuangan.”ujarnya. Setiap hari, sampah yang dibuang di TPA tersebut mencapai 1.050 meter kubik.
Jumlah ini sebenarnya masih relatif kecil.Namun, karena kapasitas TPA sudah habis, penambahan volume sampah setiap hari mengakibatkan sampah terlihat menggunung dan menimbulkan bau tidak sedap. Saat ini upaya untuk tetap bisa membuang sampah pada TPA tersebut adalah dengan mengurangi tumpukan sampah dan memindahkan sampah yang sudah berubah menjadi humus ke TPA Joho, Kecamatan Prambanan.
Menurut Bambang,upaya ini sudah berlangsung selama dua tahun dan tidak mengurangi volume sampah secara signifikan. Pihaknya juga berencana mengoperasikan mesin pembuat kompos yang sudah dibeli pemerintah. Mesin tersebut diharapkan bisa mengurangi secara signifikan volume sampah di TPA Jomboran.”Jika produksi kompos ini menguntungkan bukan tidak mungkin mesin akan ditambah,”ujarnya. (mn latief)
Post Date : 10 Juni 2009
|