|
Bandung, Kompas - Menjelang peringatan Konferensi Asia Afrika, Pemerintah Kota Bandung diharuskan mengatasi tumpukan sampah yang hingga kini masih terdapat di beberapa ruas jalan. Untuk itu Pemkot, melalui Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung, mengaktifkan kembali Tempat Pembuangan Akhir Sampah Cicabe di Kota Bandung. Demikian dikatakan Sefrianus Yosep, Kepala Bagian Hukum dan Hubungan Masyarakat PD Kebersihan Kota Bandung, Rabu (30/3). Tempat pembuangan akhir (TPA) ini akan dioperasikan sebagai TPA sementara dengan masa pembuangan hanya 30 hari. Rencananya, TPA itu digunakan mulai 1 April 2005. TPA yang sudah tidak digunakan sejak sekitar 10 tahun lalu ini memiliki luas sekitar 3,5 hektar. Volume sampah yang masuk sekitar 1.500 meter kubik per hari atau 130 rit. Setelah TPA Leuwigajah ditutup, sampah Kota Bandung hanya dibuang ke TPA Jelekong. Jumlah sampah yang terangkut hanya sekitar 2.000 meter kubik per hari. Padahal, Kota Bandung memproduksi sampah sekitar 7.500 per hari. Persiapan penggunaan TPA Cicabe sudah dilakukan sejak Sabtu. Persiapan hanya sebatas perataan sampah lama, pengaspalan jalan masuk, dan pembuatan jalan baru menuju sel tempat pembuangan sampah. Menurut Yaya Suharya, Koordinator Pemulihan Jalan, Dinas Bina Marga Kota Bandung, yang tengah mengawasi pembuatan jalan di TPA Cicabe, panjang jalan masuk yang diaspal sekitar 400 meter dan lebar tiga meter. Sedangkan panjang jalan yang baru dibuat 200 meter dengan lebar enam meter. Hingga Rabu kemarin jalan sepanjang 400 meter hanya sebagian saja yang sudah diaspal. Sementara jalan sepanjang 200 meter baru ditutupi batu-batu, itu pun baru selebar sekitar satu meter. Dinas Bina Marga mempekerjakan 33 orang untuk menyelesaikan proyek persiapan TPA Sementara Cicabe. Beberapa pekerja di TPA mengatakan tidak yakin pembuatan dan pengaspalan jalan bisa selesai pada Jumat besok karena hujan turun setiap hari. Sudah disetujui TPA Cicabe terletak di Kelurahan Mandalajati, Kecamatan Cicadas, Kota Bandung, sekitar satu kilometer dari Terminal Cicaheum. "Itu sebabnya agar tidak terjadi kemacetan antara bus yang akan keluar masuk terminal dan truk sampah yang akan masuk ke TPA, selama TPA beroperasi, PD Kebersihan akan bekerja sama dengan kepolisian setempat untuk mengatur lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan," kata Sefrianus. Menurut Lurah Mandalajati, Hakim Satiabudi, penggunaan kembali TPA Cicabe sudah mendapat persetujuan warga dalam rapat bersama yang diikuti Ketua Rukun Warga 03, RW 06, 07, dan RW 14, serta perwakilan dari Pusat Pendidikan Pekerjaan Umum yang berhadapan dengan TPA, camat setempat, dan PD Kebersihan pada 23 Maret lalu. "Tapi warga hanya setuju penggunaan TPA selama 30 hari saja untuk membantu pemkot mengatasi sampah yang bertumpuk di kota sebagai salah satu persiapan menjelang KAA," kata Hakim. "Dalam pertemuan disepakati bahwa setiap dua hari sekali atau setiap tumpukan sampah sudah setinggi dua meter, sampah harus ditutup tanah liat," ujar Hakim menambahkan. Kliwon (75), salah satu warga yang jarak rumahnya hanya sekitar 50 meter dari TPA, mengatakan setuju saja jika TPA tersebut digunakan lagi, asalkan betul-betul hanya 30 hari. "Kalau lebih dari itu, saya mau demo," kata Kliwon. Sementara Astuti (30) menyesalkan TPA tersebut digunakan lagi. "Baru sampah lama diratakan, lalat sudah beterbangan ke rumah. Air sampahnya pun sampai mengalir ke jalan. Saya khawatir juga nantinya akan lebih parah kalau dioperasikan kembali," kata Astuti. (y09) Post Date : 31 Maret 2005 |