TPA Bantar Gebang Cemari Sumur, Warga Menuntut Disediakan Air Bersih

Sumber:Kompas - 28 Maret 2005
Kategori:Sampah Jakarta
Bekasi, Kompas - Warga Ciketing Udik, Cikiwul, dan Sumur Batu yang berlokasi di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang mendesak Pemerintah Kota Bekasi segera menyalurkan air bersih layak minum kepada warga. Pasalnya, kondisi air sumur milik warga sekarang ini dirasakan tidak enak lagi untuk dikonsumsi akibat tercemar air lindi sampah.

Warga Bantar Gebang bukan saja tersiksa mencium bau tak sedap dari tumpukan sampah, tetapi juga banyak warga yang terpaksa membeli air bersih. Sebab, sumur artesis, yang dibuat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sekitar tiga tahun lalu di Kelurahan Ciketing, Sumur Batu, dan Cikiwul sebagai salah satu bentuk kompensasi bagi warga yang terkena langsung dampak keberadaan lokasi pembuangan sampah seluas 108 hektar itu, sudah tidak berfungsi.

Sementara itu, janji Pemerintah Kota Bekasi untuk menyediakan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum hanya sewaktu-waktu dan tidak jelas pendistribusiannya sehingga banyak warga yang tak kebagian.

Ketersediaan air bersih yang layak konsumsi kini menjadi kebutuhan warga. Dengan semakin meningkatnya biaya kebutuhan hidup akibat kenaikan bahan bakar minyak, warga merasa berat jika harus membeli air bersih setiap hari.

"Air sumur warga yang tinggal dalam radius sampai lima kilometer dari TPA Bantar Gebang berwarna kekuning-kuningan atau coklat, rasanya tak enak, dan terkadang berbau. Persoalannya karena pengolahan air lindi sampah di TPA Bantar Gebang sampai saat ini tak pernah beres sehingga mencemari tanah dan merembes ke sumur-sumur warga," papar Koordinator Solidaritas Masyarakat untuk Transformasi Sosial Kota Bekasi M Dony Prestanto, Minggu (27/3).

Direktur Environment Community Union Benny Tunggul menilai pengelolaan sampah dengan sistem sanitary landfill tak pernah profesional. Hal itu terlihat dari penerapan cover soil untuk setiap tumpukan sampah pada ketinggian tertentu yang tak sempurna. Akibatnya, air lindi mudah merembes hingga ke jalan-jalan di sekitar lokasi TPA, bahkan langsung masuk ke Sungai Ciketing dan Sumur Batu.

"Sampai sekarang kerusakan dua instalasi pengolahan air sampah tak juga diperbaiki. Tak heran jika pencemaran air, termasuk sumur warga di sini, sudah sangat serius," ujar Benny.

Sumur-sumur artesis yang ada tidak lama dinikmati warga. Selain ada pencurian atau pipa-pipa saluran air ke rumah warga, mesin air rusak, dan pembayaran listrik untuk mengoperasikan mesin menunggak sehingga diputus PLN setempat. Karena itu, warga menuntut adanya kejelasan tanggung jawab pengoperasian sumur artesis yang diperuntukkan bagi mereka, apakah tanggung jawab Pemkot bekasi, PT PBB, atau Pemprov DKI.

Puluhan warga Ciketing Udik pada awal Maret lalu menyampaikan keluhan soal ketersediaan air bersih. Mereka mendesak supaya segera dibuatkan sumur bor di beberapa lokasi. Pada waktu itu, Wakil Wali kota Bekasi Mochtar Muhamad langsung memerintahkan pencairan dana sekitar Rp 2 juta untuk pembuatan sumur di dekat rumah salah satu warga.

Dalam pelaksanaannya, biaya pembuatan sumur kurang sehingga program itu mandek dan warga terpaksa kembali mengeluarkan uang lebih banyak untuk mendapatkan air bersih.

Ketua Tim Pengawas TPA Bantar Gebang Pemkot Bekasi Deddy Djuanda mengatakan, Pemkot Bekasi sudah menganggarkan dana Rp 600 juta untuk operasional dan pemeliharaan sumur artesis di Cikiwul dan Sumur Batu supaya dapat berfungsi kembali.(ELN)



Post Date : 28 Maret 2005