|
Bandung, Kompas - Institut Teknologi Bandung memelopori pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah atau PLTS dengan kapasitas 500 kilowatt di Tempat Pembuangan Akhir Babakan Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung. PLTS itu akan difungsikan sebagai laboratorium untuk teknologi pengolahan sampah. Menurut Kepala Pusat Rekayasa Industri ITB Ari Darmawan Pasek, pembangunan itu sepenuhnya menggunakan komponen yang diproduksi perusahaan Indonesia. Pembangunan PLTS merupakan hasil kerja sama PLN dan Pemerintah Kabupaten Bandung. Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan hari Rabu (25/7) di Bandung. Pembangunan energi listrik itu direncanakan rampung dan dioperasikan pada akhir tahun 2008. Kepala Pusat Rekayasa Industri ITB Ari Darmawan Pasek menjelaskan, PLTS itu memanfaatkan sekitar 60 ton sampah di TPA Babakan per hari. Bahan baku itu menghasilkan energi listrik sekitar 300 kilowatt. Setiap harinya, TPA Babakan menghasilkan sampah 200 ton. Fasilitas tersebut akan menjadi laboratorium bagi pengembangan teknologi pengolahan sampah menjadi energi. Kalau selesai dibangun, PLTS akan menjadi yang pertama di Indonesia meski skalanya masih kecil. "PLN sebenarnya sudah mempunyai enam nota kesepahaman yang ditandatangani sejak tahun 2003, tetapi belum ada yang direalisasikan akibat beberapa masalah teknis. Kami berharap hal itu tidak terjadi di Kabupaten Bandung," kata Direktur Pembangkitan dan Energi Primer PT PLN Ali Herman Ibrahim. Wakil Bupati Bandung Yadi Srimulyadi menyatakan, Pemkab Bandung akan berkontribusi dalam hal penyiapan lahan dan jalan masuk menuju fasilitas yang luasnya tiga hektar itu. Ari mengungkapkan, salah satu poin yang ingin ditegaskan dari pembangunan PLTS adalah seluruh komponennya dibuat di Indonesia. Beberapa contohnya adalah mesin boiler diproduksi PT Dinamika Energitama Nusantara dan turbin oleh PT Nusantara Turbin dan Propulsi. Listrik yang dihasilkan dari PLTS semata-mata hanya bonus saja. Tujuan utama dari fasilitas tersebut merupakan bagian dari program pemberdayaan masyarakat dari PLN. Berbagai upaya Sementara itu, berbagai upaya dilakukan sejumlah daerah untuk mengurangi krisis listrik, menekan biaya produksi, atau mendapatkan sumber energi baru. Di Kalimantan Timur, PLN akan mengganti solar dengan minyak kapal untuk menghemat biaya produksi. Sebab, tahun ini saja PLN Wilayah Kaltim diperkirakan rugi Rp 1,8 miliar. Di Nusa Tenggara Barat, Kementerian Negara Riset dan Teknologi bersama United Nation Industrial Development Program (Unido) menetapkan perairan Tanjung Menangis sebagai lokasi pembangunan mesin pembangkit listrik tenaga arus bawah laut/PLTAL) atau Kobold. Sedangkan Lampung akan menguji coba PLTU Tarahan Baru unit 4 ke dalam sistem interkoneksi Sumatera Bagian Tengah dan Sumatera Bagian Selatan. Pasokan dari pembangkit 100 megawatt itu diharapkan membebaskan Lampung dari pemadaman bergilir. (eld/bro/rul/hln/mdn/ren) Post Date : 26 Juli 2007 |