|
Media Indonesia - AKIBAT banjir bandang yang menyapu sebagian Kota Padang, Selasa (24/7), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 34,75 hektare (ha) sawah rusak dan 1.003 unit rumah penduduk rusak. Menurut Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB, selain kerusakan itu, sebanyak 3.636 jiwa mengungsi. Dampak bencana itu tersebar di 24 kelurahan dari enam kecamatan di Kota Padang. Kerusakan terparah terjadi di Kecamatan Pauh, dengan 64 rumah rusak berat, 48 rumah rusak sedang, dan 17 rusak ringan. Hal itu berdasarkan rapat koordinasi pada Rabu (25/7), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatra Barat dan BNPB bersama dinas terkait telah merekapitulasi data kerusakan dan taksiran kerugian dampak dari bencana banjir bandang. “Total kerugian diperkirakan mencapai Rp40,66 miliar. Gubernur Sumatra Barat pun telah mengeluarkan surat keputusan terkait pelaksanaan tanggap darurat bencana alam banjir ini selama 30 hari terhitung sejak ditetapkan.” Penanganan darurat masih dilaksanakan BPBD Sumatra Barat dan BPBD Kota Padang beserta unsur lainnya seperti TNI, Polri, Dinas Kesehatan, Dinas PU, Tagana, PMI, dan masyarakat lainnya. Sementara itu, salah seorang korban di Batu Busuak, Kelurahan Lambung Bukit, Suardiman, 55, mengatakan 4 ha sawahnya yang masih menghijau dipastikan gagal tanam. Padahal sawah tersebut baru ditanami dua bulan yang lalu. Dia menambahkan, di sekitar Batu Busuak ada puluhan hektare sawah yang rusak. Di samping itu, kerusakan sawah juga banyak terjadi di Limau Manih. Akibat kerusakan, Suardiman mengaku mesti harus beli beras untuk makan sehari-hari. Selama ini, jelas Suardiman, tiap satu petak sawah menghasilkan tiga karung padi. Itu mencukupi untuk memenuhi kebutuhan selama setahun. “Padi yang dihasilkan dari sawah bukan untuk dijual, melainkan untuk kebutuhan makan sekeluarga,” ujarnya. Pascabencana itu, Suardiman berharap ada pihak yang membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar tersebut. Terkait kerusakan sawah, aktivis lingkungan dan perubahan iklim, Syafrizaldi, mengatakan masyarakat harus menyalurkan modal hidup yang telah hilang selama ini, yakni budaya gotong royong. (YH/HR/N-4) Post Date : 27 Juli 2012 |