CIMAHI, (PR).- Warga RW 10 Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, masih menuntut agar lahan bekas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah dijadikan sebagai konservasi dan tempat wisata. Mereka menolak jika lokasi itu kembali dijadikan TPA karena khawatir bencana longsor akan kembali terjadi.
Salah seorang tokoh masyarakat RW 10, Asep Abas, mengatakan, masyarakat sekitar TPA masih trauma terhadap bencana longsor yang menelan ratusan korban jiwa, beberapa tahun lalu. Mereka menginginkan pemerintah agar ”menyembuhkan” kondisi alam bekas TPA itu terlebih dahulu.
”Kami inginnya TPA ditanami pohon, dihutankan. Setelah sembuh, baru kita bicarakan mau dijadikan apa,” tutur Asep di Cimahi, Senin (3/5).
Kendati pemerintah menjanjikan akan menerapkan sistem pengelolaan sampah selain open dumping, warga tetap keberatan. Menurut Asep, mereka berkaca pada TPA Sarimukti, yang pada awalnya juga dijanjikan akan menggunakan sistem pengomposan. Namun, pada pelaksanaannya, sistem pengomposan tidak berjalan dan TPA tetap saja menggunakan sistem open dumping.
”Ya, kalau mau janjikan pengelolaan sampah dengan cara lain, silakan buktikan dahulu keberhasilannya di tempat lain, baru kami bisa percaya,” katanya.
Warga di sekitar TPA Leuwigajah, kata Asep, melihat potensi wisata dari kawasan TPA Leuwigajah. Menurut Asep, kawasan itu berada di ketinggian tujuh ratus meter di atas permukaan laut, dengan pemandangan wilayah Bandung. Dia menyebutkan, tempat itu menawarkan lokasi yang tak kalah indah dengan kawasan Dago Atas atau Punclut Ciumbuleuit di Kota Bandung.
Jika tahun ini pemerintah melakukan konservasi lahan TPA Leuwigajah, lima sampai sepuluh tahun ke depan tempat itu akan siap menjadi lokasi wisata. Dengan kata lain, masih banyak pilihan lain untuk memanfaatkan bekas TPA Leuwigajah, selain menjadikannya kembali sebagai TPA.
”Tanah bisa menetralisasi sendiri. Sekarang kita lihat biota-biota sudah mulai hidup. Ini harapan,” ujarnya.
Kelola bukan buang
Ketua Komisi III DPRD Cimahi Achmad Gunawan mengaku sangat memahami keresahan warga itu. Apalagi, bencana yang pernah terjadi sangat memprihatinkan. Namun, dia meminta warga agar memercayai pemerintah karena rencana pemerintah biasanya sudah dilengkapi oleh berbagai kajian. Bersamaan dengan itu, Achmad juga berharap pemerintah melakukan langkah-langkah positif dengan menjadikan aspirasi masyarakat sebagai acuan.
”Tidak mungkin pemerintah melakukan hal yang gegabah tentang pemanfaatan lahan TPA setelah bencana besar itu terjadi,” ucapnya.
Menanggapi permintaan para warga tersebut, Wali Kota Cimahi Itoc Tochija mengatakan, akan melihat terlebih dahulu. Saat ini, mengenai pengelolaan sampah itu tidak seperti masa lalu yang sekadar open dumping.
Pengelolaan saat ini, menurut dia, lebih pada proses produksi, seperti bisa jadi energi atau kompos. Munculnya penolakan itu, kata Itoc, akan dilihat sampai sejauh mana pemahaman masyarakat tentang pengelolaan sampah. ”Kita bukan bicara pembuangan sampah, tapi pengelolaan sampah,” katanya. (A-180/A-177)
Post Date : 04 Mei 2010
|