|
MELUAPNYA air Sungai Ciujung, Kragilan, Serang, Banten, melumpuhkan jalan tol Tangerang-Merak. Selain menyebabkan kemacetan parah, warga di Desa Dukuh dan Udar Andir, harus dievakuasi karena ketinggian air mencapai atap rumah warga. Tenda-tenda pun didirikan di sekitar jalan bebas hambatan itu. Air sungai meluap lantaran guyuran hujan sejak Rabu (9/1) lalu. Kamis (10/1) lalu, banjir mengenangi Tol Tangerang-Merak dijumpai di Kilometer 57 hingga 59. Air setinggi satu meter pun mengalir ke tol lantaran dibukanya pintu Bendungan Pamarayan. "Akibatnya, jalan tol Tangerang-Merak lumpuh. dampak meluapnya sungai Ciujung," kata Direktur Utama PT Marga Mandala Sakti (PT MMS) Wiwiek D Santoso kepada Jurnal Nasional, kemarin. Wiwiek menolak jika banjir menggenangi tol akibat buruknya drainase. Menurut dia, banjir karena air Sungai Ciujung yang meluap. Di Serang, ada lima sungai yang meluap. Luapan paling parah di Sungai Ciujung. Namun, banjir di Tol Tangerang-Merak yang melumpuhkan arus lalu lintas kendaraan, bukan kali pertama terjadi. Banjir serupa pernah terjadi di tahun 2005 dan 2011. Untuk mengatasi masalah banjir itu, PT MMS sudah mengajak pemerintah setempat melakukan simulasi 9 Desember 2012 lalu. Namun, tak mampu menangkal banjir. Wiwiek pun menyatakan, pihaknya akan melakukan desain jalan tol Tangerang-Merak agar tol tidak lagi digenangi banjir kiriman dari Ciujung. Dari pantau Jurnal Nasional, kemacetan parah terjadi di Tol Cikupa. Pengguna kendaraan pribadi, bus dan truk terpaksa mematikan mesin kendaraan. Mereka melepas lelah di jalan karena terjebak kemacetan yang sudah terjadi sejak pagi kemarin. Beberapa penumpang bus rute Jakarta-Merak juga terpaksa turun dari bus dan kembali ke Tangerang dengan berjalan kaki. "Lima jam saya di dalam bus, mengamati macet di tol yang belum juga surut. Saya kesal menunggu dan akhirnya kembali ke Tangerang dengan berjalan kaki," kata Teddy Rusmana, seorang penumpang kendaraan. Kendaraan yang mengular di Tol Cikupa hingga Jalan Tol Tangerang-Merak KM 57 dan arah sebaliknya. PT MMS dan kepolisian setempat mengarahkan pemilik kendaraan mengunakan jalur alternatif. Kendaraan dari arah Merak menuju Jakarta dialihkan ke Jalan Tol Ciujung KM 60. Sedangkan dari arah Jakarta menuju Tangerang, dialihkan ke Tol Balaraja, KM 45, hingga ke Merak. Kasatlantas Polres Kota Kabupaten Tangerang, Kompol Firman Darmansyah mengatakan, pihaknya terpaksa menutup jalan tersebut dan membuka jalur alteri Jalan Raya Serang. Penguna jalan dari Jakarta dan Tangerang dapat melewati jalur tersebut menuju Balaraja-Serang-Cilegon dan Merak. Polres Tengerang juga menurunkan 30 personil untuk mengatasi kemacetan. "Tetapi, kendaraan juga banyak yang menumpuk di sini. Macet bisa diatasi, jika air banjir surut di Tol Tangerang-Merak," kata Firman. Sementara Wakil Ketua Tagana Banten, Dadan Suryana mengatakan, pihaknya telah mengevakuasi warga ke tempat yang lebih aman. Evakuasi harus dilakukan karena ketinggian air mencapai atap rumah warga seperti terjadi di KM 57.‘Atap rumah warga sudah tertutup air, karena rumah di sana lebih rendah dari jalan tol Tangerang-Merak," kata Dadan kemarin. Dadan juga menyatakan pihaknya telah memberikan bantuan logistik kepada warga. Dapur umum di jalan tol dan tenda didirikan. "Tenda dan dapur terpaksa dibangun di jalan tol untuk menampung ratusan warga korban banjir," kata Dadan. Cuaca yang sangat ekstrim juga mengakibat terganggunya aktivitas penyeberangan di Pelabuhan Merak. Puluhan kapal ferry yang biasa melayani penyeberangan menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung, terpaksa tidak beroperasi akibat gelombang air laut yang mencapai ketinggian, 4 meter pada Kamis (10/1). Pihak ASDP hanya mengoperasikan ferry jenis roll on roll of (roro) sebanyak 19 kapal dari 35 kapal yang ada. "Kita evaluasi kapal roro yang layak untuk beroperasi dalam kondisi cuaca buruk," kata General Manager PT ASDP Merak, Supriyanto, kemarin. Saat cuaca normal, dalam sehari, 90 trip kapal yang wara-wiri dari Merak ke Bakahueni. Sementara saat ini, hanya 44 trip kapal ferry yang beroperasi dalam sehari. Pihak ASDP juga sempat menutup Dermaga IV dan Dermaga V karena gelombang tinggi dan angin kencang yang menyulitkan kapal bersandar di dermaga tersebut. Kalau pun darmaga itu digunakan, ASDP menerapkan sistem buka tutup. Akibatnya, antrian kendaraan pun terjadi di Merak. Menurut Supriyanto, beberapa hari terakhir, cuaca di Selat Sunda, tidak bersahabat. Angin kencang menyebabkan gelombang tinggi yang dapat mengancam penyeberangan. Berdasarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Banten, gelombang air laut di Merak dan Selat Sunda mencapai empat meter. ‘Cuaca buruk membuat kapal tidak bisa bersandar di dermaga," kata Supriyanto. BMKG setempat memperkirakan, cuaca akan kembali normal sekitar 16 Januari mendatang. Selain menganggu aktivitas transportasi, banjir juga menelan empat korban jiwa di Banten. "Kami informasikan terdapat empat warga yang meninggal karena banjir di Banten," kata Chairuddin dari Tim Instruktur Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten, kemarin. Empat korban meninggal dunia itu antara lain Warsiti (65 tahun) warga Talun, Desa Panancangan, Cibadak, lalu Dadang (35 tahun), warga Kujang Sari, Cibeber, dan Mustopa (16 tahun), warga Sindangsari, Sajira. Satu korban meninggal dunia lainnya adalah Sari (75 tahun). Di Banten, terdapat empat Kabupaten yang warganya terendam banjir. Di kabupaten Serang ada 3.240 kepala keluarga (KK) yang kewalahan menghadapi banjir, 6.060 KK di Kabupaten Pandeglang, dan sekitar 1.053 KK di Kabupaten Lebak. Sedangkan di Kabupaten Tangerang, banjir memaksa 40 KK dievakuasi. "Bukan ratusan, tetapi ribuan warga yang sudah dievakuasi," kata Chairuddin. Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah mengusulkan kepada pemerintah pusat melakukan pengerukan sungai Ciujung sepanjang 92 kilometer. Dia mengklaim, pihaknya sudah melakukan penanganan banjir. "Tetapi debit air Sungai Ciujung melebihi prediksi 1.100 meter per detik. Untuk itu, kami akan mengusulkan pengerukan kepada pemerintah pusat," kata Atut usai rapat koordinasi pembahasan banjir di Serang, kemarin. Menurut Atut, pihaknya sudah membangun tanggul sepanjang 10 kilometer di Kragilan yang mampu mengatasi debit air hingga 1.100 meter per detik. Kenyataannya, debit air mencapai 2.600 meter per detik. Pemerintah Provinsi Banten juga menyiapkan pembuatan 55 cekdam. Saat ini, baru delapan unit cekdam yang dibangun di Sungai Ciujung. Sementara untuk tanggap darurat, sudah disiapkan anggaran Rp10 miliar. Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, cuaca ekstrem di sebagian besar daerah akibat pengaruh Siklon Tropis Narelle di sisi selatan Indonesia. "Berdasarkan prakiraan BMKG, terlihat jelas kondisi cuaca ekstrem masih akan terjadi di tanah air dalam beberapa minggu kedepan. Kondisi itu dipengaruhi Siklon Tropis Narelle," katanya dalam pernyataan pers, kemarin. Kondisi cuaca kian memburuk karena sebagian besar wilayah Indonesia berada di puncak musim penghujan. "Masyarakat harus waspada dengan banjir, longsor dan puting beliung," katanya. Berdasarkan prakiraan BMKG, intensitas siklon tropis Narella akan meningkat dalam 24 jam kedepan. Setelah itu, pusat siklon akan menjauhi Indonesia. Sutopo pun mengutip prediksi BMKG yang menyatakan, kekuatan angin di Samudera Hindia, selatan Bali, mencapai 75 knot atau 140 kilometer per jam. ‘Kekuatan angin itu akan meningkat hingga 85 knot atau sekitar 155 km per jam, dalam 24 jam ke depan," katanya. BMKG memperkirakan, dampak dari Narelle adalah gelombang dengan ketinggian lebih dari empat meter di Selat Sunda, perairan selatan Banten hingga Nusa Tenggara Barat, Sumba, Laut Sawu, Kupang, Pulau Rote, Laut Jawa bagian tengah dan timur, Perairan selatan Kalimantan, perairan utara Jawa Timur, Laut Bali, Laut Sumbawa, Selat Makassar bagian selatan, Perairan Kepulauan Selayar, Perairan Bau-bau, Laut Flores, dan Samudera Hindia selatan Jawa hingga selatan Nusa Tenggara Timur. Sementara Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Junjungan Tambunan mengingatkan jika seluruh wilayah di Indonesia saat ini ditetapkan berstatus siaga darurat bencana. ‘Dalam 60 hari ke depan berpotensi terjadi bencana alam," katanya. Apalagi, akhir-akhir ini, sejumlah wilayah dilanda banjir dan longsor. Dengan status siaga darurat bencana itu, pemerintah daerah diharapkan lebih tanggap mengantisipasi timbulnya korban jiwa maupun kerugian materi. Sabaruddin/M. Yamin Panca Setia Post Date : 11 Januari 2013 |