|
"MAMA, mama, lama-lama saya bisa sakit sekolah di situ! Dari pagi saya nahan-nahan terus, enggak bisa ke kamar mandi! WC-nya jorok. Bau banget! Sudah gitu, gelap lagi! Lama-lama saya bisa sakit nih!" Keluhan bernada protes itu diungkapkan Hj Dewi Motik Pramono di Jakarta, Selasa (21/12) pagi, ketika mengisahkan anaknya yang dahulu pindah dari sekolah swasta ke sekolah negeri di kawasan Jakarta Pusat. TERBAYANG begitu jelas. Seorang anak tidak bisa belajar gara-gara kebelet menahan buang air kecil. Situasinya menjadi serba salah. Mau konsentrasi mata pelajaran, tetapi rasa kebelet sulit diajak kompromi. Situasinya semakin serba salah, karena kamar mandi sekolah itu jauh dari rasa nyaman. Bau pesing sangat menyengat, tak terawat. Airnya tidak mengalir sempurna, keran sudah hampir copot. Ember penampung air pun sudah sompek. Bahkan ironisnya, dari empat kamar mandi, cuma tersedia satu gayung. Apa jadinya kalau anak itu harus menahan buang air besar? Wah, keringat dingin pasti bercucuran membasahi seragam sekolah anak itu, mulas luar biasa sepanjang pelajaran. Sekelumit kisah itu sungguh terjadi, bahkan bukan cuma terjadi di sudut-sudut Kota Jakarta tetapi juga di kota dan sejumlah negara di belahan bumi ini. Tidak hanya di sekolah-sekolah, fasilitas publik yang tidak terawat itu juga terjadi di terminal bus, stasiun kereta api, bandar udara, dan pusat perbelanjaan. Juga di bus antarkota antarprovinsi (AKAP) yang dilengkapi dengan toilet, dan kereta api. Seperti diketahui, sebagian besar toilet umum di Indonesia identik dengan bau, kotor, tidak terawat, penuh coretan dan gambar jorok, sempit, gelap, dan kita pun terkadang harus antre panjang. Sementara, lantai toilet selalu basah. Tak jarang pula, sampah botol air minum dalam kemasan, tisu, dan puntung rokok berceceran di toilet. Kelembapan udara yang tinggi menyebabkan kuman penyakit gampang berkembang biak. Tidak tersedianya air yang memadai membuat bau pesing tidak dapat dihindarkan. Sementara, ada air atau tidak, orang yang sudah kebelet buang air kecil atau besar terpaksa menggunakan kamar mandi itu. Di pusat perbelanjaan di kawasan Glodok dan Mangga Dua, misalnya. "Wah, payah banget nih, enggak ada airnya," ujar seorang lelaki yang terlihat buru-buru masuk ke toilet. Karena tidak ada air yang mengalir di urinoar, lelaki itu pun terpaksa pindah ke bagian kamar mandinya. Kondisi itu jauh sekali dengan toilet umum yang seharusnya terawat, bersih, dan higienis. Di Plaza Senayan, misalnya. Perawatan yang memadai, ditambah lagi penataan ruang yang apik, membuat para pengguna toilet bisa betah berlama-lama berada di dalam toilet itu. Apalagi, perawatan kebersihan toilet itu begitu nyata terlihat. Sejauh pengamatan Kompas, kenyamanannya juga mirip dengan fasilitas toilet di hotel-hotel berbintang di Jakarta. Tentu, aroma pesing sulit tercium oleh pengunjung pusat belanja tersebut. PADAHAL, kamar mandi sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Sejak lahir kita memerlukan kamar mandi. Toilet atau juga disebut peturasan adalah bagian penting dalam hidup kita, namun sering terabaikan. Bayangkan saja, begitu pentingnya toilet umum, sampai-sampai dikeluarkan pernyataan penting dalam acara Toilet Summit 2001 di Singapura. Pernyataan itu berbunyi "A Nation Without a Good Toilet is a Nation Without Culture" (Negara yang tidak mempunyai toilet umum yang bersih adalah negara yang tidak berbudaya). Direktur Indonesian International Architectural Space Resourcher Center (INIAS) Naning Adiwoso dalam "Sosialisasi Standar Toilet Umum Indonesia", Selasa kemarin, menjelaskan, kebutuhan toilet umum mulai dirasakan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang yang semakin mobil. Yang sangat memprihatinkan adalah penyediaan jumlah toilet untuk wanita. Padahal, pada pertengahan dekade ini 50 persen orang yang melakukan perjalanan bisnis adalah perempuan. "Namun lihat di Indonesia, setiap kali kita melihat jumlah toilet lelaki disamakan begitu saja dengan perempuan, tanpa memperhitungkan perbedaan caranya membuang air kecil atau besar antara perempuan dan lelaki," tutur Naning. Tidak heran, lanjut Naning, perempuan harus antre panjang hanya untuk sekadar buang air kecil. Padahal, jika dicermati, perempuan memakai toilet tiga kali lebih lama dibandingkan dengan lelaki sehingga jumlah toilet perempuan seharusnya juga tiga kali lebih banyak dari toilet laki-laki. Dia menyebutkan, dalam acara Toilet Summit di Beijing, China, November 2004, kondisi toilet yang memprihatinkan itu kembali dibicarakan. Ternyata, China pun mengalami problematika yang sama. Dalam pertemuan berskala internasional itu, kata Naning, Pemerintah China justru menjelaskan panjang lebar langkah-langkah kebijakan tentang toilet umum itu. Apalagi, untuk mempersiapkan pesta olahraga Olimpiade 2008, China yang merasa malu dengan kondisi toilet umumnya akan segera berbenah diri. Naning menjelaskan, tahun 1987 Pemerintah China yang memiliki miliaran penduduk itu memberlakukan penegakan hukum secara keras terhadap warga yang seenaknya menggunakan toilet. Hukumannya adalah penjara. Tak heran kalau sekarang kondisi toilet di sana sudah lebih baik. Lalu bagaimana sih toilet umum yang baik? Apakah pengusaha toilet pernah memerhatikan kriteria toilet yang baik daripada sekadar mengeruk keuntungan semata? Dari pertemuan Toilet Summit, toilet yang baik pertama-tama harus bisa digunakan untuk segala lapisan masyarakat, semua umur, dan penyandang cacat. Kedua, toilet haruslah higienis, nyaman, dan aman. Secara praktis, lantai tidak basah dan licin; selalu tersedia kertas toilet, wastafel, dan tempat sampah. Ruangan luas, minimal cukup untuk dua orang. Fasilitas keran, lampu, dan penyaring udara berfungsi dan terawat. Dengan toilet yang bersih, niscaya perilaku pemakai menjadi ikut bersih. Mampukah warga Jakarta?(STEFANUS OSA TRIYATNA) Post Date : 22 Desember 2004 |