|
Jakarta, Kompas - Tingkat kekeruhan air baku yang diterima PT Thames PAM Jaya melonjak tinggi. Kekeruhan itu diperkirakan merupakan dampak dari tingginya curah hujan di kawasan hulu belakangan ini. Akibat kekeruhan itu, PT Thames PAM Jaya (TPJ) harus mengurangi produksi air hingga 20 persen. Oleh sebab itu, suplai air yang sampai ke sebagian besar pelanggan menjadi berkurang. Manajer Humas PT TPJ Devy A Yheanne menyebutkan, kekeruhan air yang diterima di intake hingga 14.000 NTU (nephelometric turbidity unit). Sementara batas toleransi kekeruhan yang dapat diterima oleh instansi produksi air (IPA) adalah 2.500 NTU. "Yang paling tinggi yang kami terima di intake Kanal Tarum Barat atau Kalimalang tadi pagi," kata Devy, Rabu (29/11). Devy mengatakan, erosi dari kawasan hulu yang diperkirakan menyebabkan kekeruhan itu misalnya dari kawasan Purwakarta, Karawang, Cibinong, Bekasi, Citeureup, Cibubur, dan Bogor. Air baku yang diterima TPJ berasal dari Perum Jasa Tirta II. Air baku itu dialirkan dari Jatiluhur ke Jakarta melalui Tarum Kanal Barat. Menurut Devy, hingga kemarin di IPA Buaran produksi air bersih telah menurun dari kapasitas normal 5.000 liter per detik menjadi 4.400 liter per detik. Instalasi lainnya, IPA Pulo Gadung, juga telah berproduksi di bawah normal, yakni 3.600 liter per detik dari semula 4.000 liter per detik. "Penurunan produksi air tidak terelakkan demi menjaga kualitas air bersih yang dihasilkan. Kami, bagaimanapun, harus memenuhi standar kualitas air bersih," ujar Devy. Sebelumnya, Oktober lalu, air baku TPJ juga sempat mengandung amonia dalam kadar yang tinggi, yakni 1,77 ppm (part per million). Akibatnya, produksi air ketika itu juga sempat diturunkan. Belakangan ini para pelanggan air PAM juga kerap mengeluhkan air PAM yang sering mati tanpa penjelasan. (SF) Post Date : 30 November 2006 |