|
Banda Aceh, Kompas - Sampah rumah tangga dan pasar-pasar yang kerap disebut sampah domestik di Banda Aceh , berkurang hampir separuhnya. Penyebabnya, hampir separuh penduduk Kota tewas akibat bencana. Namun intensitas sampah domestik bergeser ke pinggiran kota. Demikian Kepala Dinas Kebersihan Kota Banda Aceh T Saifuddin, Sabtu (5/3). Sebelum tsunami, rata-rata sampah domestik Kota Banda Aceh 400 meter kubik perhari. Kini tinggal separuhnya, karena aktivitas warga berkurang dan penduduk banyak yang tewas," kata Saifuddin. Dari 243.000 penduduk Aceh pada tahun 2003, kini yang hidup tinggal 147.000 orang, sebagian besar tinggal di penampungan pengungsi. Meski sampah rumah tangga berkurang, Dinas Kebersihan Kota tetap menghadapi kesulitan menangani sampah. Selain karena hampir seluruh alat-alat berat yang dimiliki hancur akibat bencana, berupa 5 unit arm roll untuk mengangkat kontainer sampah, tiga buldozer, lima mobil siram dan empat pikup. Tempat pembuangan akhir (TPA) di Gampung Jawa juga ikut hancur dan kini juga dijadikan pembuangan sampah sisa-sisa tsunami. Di tempat ini puluhan truk dan alat berat milik Kerajaan Spanyol terlihat mengangkut puing dan meratakan tanah. Dinas Kebersihan Kota tidak membersihkan semua bagiankota, tapi hanya lokasi tertentu seperti jalan umum dan pasar. Untuk sementara Dinas Kebersihan Kota mendapat bantuan sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Waskita Karya, Adi Karya, Hutama Karya, dan Nindya Karya, berupa lima truk. Sampah di tempat pengungsian ditangani Unicef. Masih menumpuk Hingga Sabtu sampah masih menumpuk di berbagai sudut kota. Di Krueng Cut dan Lamsengoh, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar; beberapa desa di Kecamatan Meuraxa, serta Pasar Atjeh, sampahterlihat berserakan, kebanyakan reruntuhan kayu, tembok dan seng. Di Krueng Cut, sejumlah alat berat yang dikontrak PT Istaka Karya dan PT Nindya Karya, Sabtu melumatkan sampah-sampah sebelum diangkut dengan truk. Andi,pengawas lapangan mengatakan, kemampuan pembersih sampah tsunami agak berkurang, setelah tiga alat berat di tempat itu dikembalikan ke Medan, karena masa sewanya habis. Sampah di Desa Lamsengoh juga tak kalah banyak. Di desa ini, PT Istaka Karya mengoperasikan empat begu, satu begu kepiting, dan satu buldoser. Sofyan, seorang petugas menyatakan, pembersihan wilayah Lamsengoh selesai diharapkan bisa selesai minggu depan. Sejumlah pemulung serta pewarga setempat terlihat mengais-ais tumpukan sampah, berharap bisa menemukan harta atau benda yang bisa dipakai. Sementara itu di Pasar Atjeh pembersihan sudah selesai separuhnya. Proses pembersihan sisanya, tergantung pedagang di pasar itu. Seperti dituturkan Heri Warmadi alias Amo, pemilik kios ganti oli dan spare part sepeda motor. Yang membersihkan? Ya kita sendiri lah. Padahal lumpurnya setinggi lutut," katanya. (PEP/ADP) Post Date : 07 Maret 2005 |