Timbunan Sampah Memicu Kecelakaan Kapal di Sungai Siak

Sumber:Kompas - 06 Desember 2005
Kategori:Sampah Luar Jakarta
Pekanbaru, Kompas - Masalah terus bermunculan akibat terganggunya lingkungan alami Sungai Siak di Provinsi Riau. Sedimen sampah yang rata-rata mencapai ketebalan lebih dari tiga meter dituduh sebagai biang pemicu tingginya tingkat kecelakaan kapal. Sebuah kapal kargo dinyatakan tenggelam diterpa gelombang sungai penuh sampah.

Laporan yang kami terima dari nakhoda, kapal kargo Ridho Illahi yang sebagian besar memuat barang-barang PT Unilever yang dinakhodai Jon Tonyok dan enam ABK (anak buah kapal) ini tiba-tiba oleng dihantam gelombang sungai yang dipenuhi sampah plastik, kata Kepala Pos Polisi Sungai Duku Ajun Inspektur dua Santoso, Senin (5/12).

Nakhoda dan enam ABK berhasil menyelamatkan diri, tetapi hampir semua muatan turut karam. Hingga kini, kapal tersebut belum berhasil dievakuasi. Total kerugian Rp 1,5 miliar lebih.

Peristiwa tenggelamnya kapal akibat diterpa gelombang sungai penuh sampah ini tidak terjadi pertama kalinya. Tengku Abdul Rahman, warga setempat menegaskan, penduduk di pinggiran sungai terutama yang berdekatan dengan pelabuhan selalu berhati-hati jika akan menggunakan sampan melintasi perairan Siak.

Menjelang malam tiba, arus deras dari arah hulu membawa limpahan sampah. Tak jarang, sampan warga terbalik karena tak kuasa menahan tabrakan dengan berton-ton arus sampah. Berbagai jenis sampah juga terdorong masuk ke Sungai Siak dari berbagai penjuru saluran pembuangan di Kota Pekanbaru. Sampah padat dan cair dari rumah tangga dan industri berlomba menyesaki aliran sungai.

Data dari Rona Lingkungan Universitas Negeri Riau menunjukkan sungai ini pernah memegang predikat sungai terdalam dengan hitungan tinggi vertikal dari dasar hingga permukaan maksimal 29 meter. Namun, banyaknya endapan sampah padat, ketebalan sedimentasi di dasar Sungai Siak ada yang delapan meter dalam 30 tahun terakhir.

Akibat sedimentasi sampah yang sedemikian tebal, arus air sungai akan terpengaruh. Jika sebelumnya perairan tersebut baik dan lancar sebagai sarana lalu lintas kapal, kini jelas tidak lagi, kata Direktur Rona Lingkungan Unri Tengku Ariful Amri. (nel)

Post Date : 06 Desember 2005