|
Nyaring suara tonggeret memecah kesunyian perbukitan menoreh. Dari hulu Sungai Padonan terdengar suara gemercik air dan celotehan suara anak-anak. Satu kilometer sudah anak-anak Sekolah Dasar Kanisius Kenalan menyusuri Sungai Padonan dan Sungai Bajing. Mereka melakukan kegiatan tilik belik: melihat dengan mata batin sumber kehidupan yang selama ini tidak pernah mereka hiraukan. Sendra (11), siswa kelas VI SD Kanisius Kenalan, Dusun Wonolelo, Desa Kenalan, Borobudur, Magelang, berjalan mengamati alur-alur Sungai Padonan sambil membawa papan kecil dengan kertas di atasnya. Saat mendekati belik (mata air) Padonan, ia berhenti lalu mengeluarkan sepotong pensil dari dalam sakunya. Sambil mengamati kucuran air, Sendra melukis. Mulai dari bagian hulu ia menggambar sebuah belik bernama Ngrengseng. Aliran belik Ngrengseng dilukiskan turun berkelok-kelok. ”Di hulu Sungai Padonan ada tiga belik Ngrengseng. Agak turun sedikit, terdapat pohon beringin besar. Kalau yang ini belik Randhu kemudian yang itu kedhung (kolam) Randhu. Kedhung ini mengalir sampai ke belik Kepel dan Padonan,” paparnya, Jumat (23/3), saat Sendra bersama 42 siswa-siswi SD Kanisius Kenalan lainnya memperingati Hari Air Sedunia dengan mengunjungi belik di Dusun Duren Sawit, Desa Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo. Peringatan Hari Air Sedunia di SD Kanisius Kenalan dirayakan dengan sederhana. Sebanyak 43 siswa-siswi dibagi dalam lima kelompok yang bertugas mengalami berbagai macam flora fauna dan fenomena yang ditemukan di Sungai Padonan dan Sungai Bajing yang terletak di seberang sekolah mereka. SD Kenalan terletak di Pegunungan Menoreh di perbatasan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Lima kelompok itu dibagi dalam dua kelompok besar; satu kelompok mengamati Sungai Padonan dan satu kelompok lain mengamati Sungai Bajing di sisi utara. Di alur sungai-sungai itu, setiap kelompok mendapat tugas, antara lain, mengamati tumbuh-tumbuhan, binatang, mata air, dan sampah. Mereka juga berhasil mengumpulkan sampah di sungai sebanyak dua karung plastik besar. Hertiana (11), siswi kelas VI, menemukan berbagai macam sampah di perjalanan, mulai dari plastik, bungkus sabun, bungkus sampo, pecahan kaca, botol, bungkus rokok, dan sandal bekas. Jenis-jenis sampah itu ia catat di selembar kertas. Di kawasan Duren Sawit terdapat lima mata air besar, yaitu belik Ngrengseng, Ngluweh, Bajing, Padonan, dan Kepel. Selain lima mata air besar itu, terdapat pula 16 belik-belik kecil. ”Tujuan awal kami mendekatkan anak dengan belik. Kami mengajak mereka menyusuri sungai, mengenal lebih dekat air yang menjadi sumber kehidupan mereka sehari-hari,” kata Frans Priharno (35), guru pertanian SD Kanisius Kenalan. Sungai dan belik bukan barang baru bagi anak-anak Pegunungan Menoreh. Meski demikian, Frans dan para pendamping berharap anak-anak mulai memahami keberlangsungan belik menjadi tanggung jawab bersama. Sebab, hidup mereka tak pernah bisa dilepaskan dari kucuran-kucuran berkah kehidupan belik di Sungai Padonan dan sungai lainnya. (Aloysius B Kurniawan) Post Date : 26 Maret 2012 |