|
JAKARTA-- Rencana PT Taman Impian Jaya Ancol (TIJA) memiliki sumber pengolahan air bersih bakal segara terwujud. Menurut Dirut PT TIJA, Budikarya, jika tidak ada aral melintang, rencana itu akan direalisasikan tahun depan. Investor yang bakal digandeng dalam sistem pengolahan air bersih itu berasal dari Singapura. ''Memang beberapa investor lokal banyak juga yang ingin kerja sama dengan kami,'' ujarnya, akhir pekan lalu. Budikarya menjelaskan, sistem pengolahan air bersih yang akan digunakan pihaknya nanti menggunakan teknologi reverse osmosis (RO). Teknologi semacam ini sudah banyak dilakukan di sejumlah negara khususnya Singapura. Meski demikian, diakuinya, pembangunan teknologi tersebut awalnya memerlukan anggaran yang tidak sedikit. Hanya saja, dibanding dengan produksi yang dicapai dan masa pengoperasiannya, diyakini teknologi ini cukup efisien dan efektif. Menurut Budikarya, selain untuk memenuhi kebutuhan sendiri, air bersih yang dikelolanya akan dijual ke sejumlah perusahaan di sekitar PT TIJA. ''Kita juga tahu masyarakat di Jakarta Utara masih sedikit yang menikmati air bersih. Untuk itu kami akan sediakan bagi masyarakat sekitar TIJA,'' janji Budikarya. Dia menambahkan, rencana pengelolaan air bersih itu juga melibatkan sejumlah pihak terkait terutama Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLHD) Jakarta. Kepala BPLHD DKI, Kosasih Wirahadikusumah menilai, langkah yang dilakukan PT TIJA sangat tepat. Banyak alasan sehingga PT TIJA harus mengelola air bersih sendiri. Ini lantaran kemampuan PDAM Jaya dan dua mitra asingnya untuk menjamin kuantitas dan kualitas air bersih bagi warga Ibu Kota masih di ragukan. Padahal, lanjutnya, kebutuhan dan tuntutan akan air bersih bagi kalangan masyarakat dan industri sangat tinggi. Ancol dan pelabuhan sebagai contohnya, membutuhkan pasokan air bersih yang sangat besar. Sayangnya, dari aspek kuantitas, yang diterima Ancol berupa pasokan air berih dari mitra asing PDAM Jaya misalnya tidak menentu baik aspek kuantitas maupun kualitasnya tidak menentu. Mengacu data di Ancol, kata Kosasih, setiap bulannya harus mengeluarkan biaya untuk membayar air bersih Rp 2,5 miliar atau Rp 30 miliar per tahun. ''Karena itu, kita tawarkan cara lain untuk ciptakan air dari sumber yang tidak pernah habis yakni air laut dengan sistem RO tadi,'' paparnyanya. ( man ) Post Date : 22 Agustus 2005 |