|
JAKARTA (Media): Sebanyak 19 titik dari 78 lokasi rawan banjir di Jakarta diperkirakan bebas dari bencana banjir pada 2007. Caranya, dengan membangun waduk dan pompa-pompa air di daerah rawan banjir tersebut. Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) DKI Fodly Misbach mengatakan, ke-19 titik itu berada di daerah Kapuk, Sunter, Warakas, dan Kebon Bawang. ''Penanganan ke-19 titik rawan banjir itu tidak mungkin sekaligus dilaksanakan. Pada 2005, misalnya, bisa diatasi tiga sampai empat titik dengan catatan tidak ada pembangunan baru di atas kawasan resapan air,'' ujarnya di Balai Kota DKI, kemarin. Karena itu, lanjutnya, pengawasan terhadap pembangunan di Ibu Kota harus diperketat dan ditingkatkan. Bukan berarti dilarang membangun, tetapi harus diimbangi dengan upaya penanggulangan banjir. ''Kita (Pemprov DKI) sering terlambat dalam pengawasan pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan,'' ungkap Fodly. Dia menambahkan, proyek Banjir Kanal Timur (BKT) harusnya didukung semua pihak, baik masyarakat pemilik tanah yang terkena pembebasan. Sebab, bila BKT berhasil dibangun, proyek ini mampu membebaskan 13 daerah rawan banjir sepanjang aliran kali buatan itu. ''Selama ini ke-13 kawasan di Jakarta Timur itu langganan banjir.'' Cukup banyak kiat dicoba DPU DKI dalam menangani banjir di Jakarta, termasuk dengan menanggulangi sampah kiriman dari hulu yang menumpuk di sungai. Misalnya, setiap sungai akan dibuat pompa dan waduk. ''Setiap tumpukan sampah di sungai akan diangkut menggunakan mesin elektrik guna mengangkat sampah tanpa tenaga manusia,'' jelas Fodly. Penggunaan mesin elektrik ini akan diterapkan di kawasan Kapuk, Sunter Utara, Warakas, Kebon Bawang, dan Penjaringan. Di kawasan BKT juga akan dibuat normalisasi terkait dengan pengangkutan sampah dengan menggunakan alat elektrik tersebut. ''Masyarakat Jakarta memproduksi sampah sebanyak 6.000 ton per hari, sehingga DPU tengah melakukan pelayanan kebersihan atas sampah-sampah di sungai,'' kata Fodly. Siaga banjir Sementara itu, Wali Kota Tangerang Wahidin Halim memerintahkan camat se-Kota Tangerang siaga 24 jam dan tidak meninggalkan wilayah selama musim penghujan tiba. Wahidin menyatakan, camat sebagai komando pengendali lapangan harus selalu siaga secara terus-menerus bersama masyarakat mengantisipasi banjir. Wahidin menegaskan hal itu dalam rapat persiapan apel siaga banjir, kemarin. Wahidin juga meminta tim Sakorlak Penanggulangan Bencana Alam (PBA) dan Satgas Kota Tangerang selalu aktif berkoordinasi dan berkomunikasi dengan Pemda Bogor berkenaan dengan informasi curah hujan dan debit air di hulu sungai Cisadane maupun anak sungai Cisadane. "Kami meminta Satkorlak selalu memberikan informasi lebih awal kepada masyarakat terutama daerah rawan banjir. Sehingga masyarakat dapat mengantisipasinya lebih dini," kata Wahidin. Ditemui terpisah, Ketua Harian Satkorlak PBA Kota Tangerang Istiarso Soerjo mengatakan, sampai saat ini Pemkot Tangerang telah mempersiapkan 11 buah perahu karet beserta dua motor tempel, empat buah perahu karet serta dua helikopter TIM SAR Nasional yang sewaktu-waktu dapat digunakan mengevakuasi korban banjir. Dua tenda peleton juga disiapkan. "Jika dibutuhkan kami berkoordinasi dengan Polres dan Kodim untuk mem-back up," kata Istiarso. Di Kota Tangerang ada 98 titik rawan banjir. Di antaranya, dengan kategori daerah genangan banjir berat dengan tinggi genangan mencapai 1 meter sebanyak 29 titik, genangan banjir kategori sedang setinggi 20 cm sampai 1 meter sebanyak 45 titik. Sedangkan daerah genangan banjir dengan ketinggian kurang 20 cm sebanyak 25 titik di Kecamatan Periuk, Karawaci, Cibodas, Benda sebagian Karang Tengah, Pinang, Ciledug, Jatiuwung, Neglasari, Larangan, dan Kecamatan Tangerang. (Ssr/SM/Ant/J-2) Post Date : 26 November 2004 |