|
JAKARTA (Media): Sebanyak tiga negara menyatakan siap membantu pengelolaan sampah Jakarta. Ketiga negara itu diusung enam investor yang siap mendanai teknologi pengelolaan sampah. Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Bharuna mengungkapkan ketiga negara itu adalah Belgia, Korea Selatan, dan Jepang. "Mereka digandeng oleh enam investor yang mengajukan proposal pengelolaan sampah," katanya seusai rapat dengan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo di Balai Kota, kemarin. Eko mengungkapkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta belum dapat menentukan investor mana dari keenam peminat itu yang akan digandeng untuk mengelola sampah Jakarta. "Masih banyak yang harus dibahas dan dikaji. Misalnya untuk skema pembayaran. Ada beberapa model yang ditawarkan," ungkapnya. Salah satu investor, lanjutnya, sudah menawarkan investasi sebesar US$200 juta juta. "Itu baru investasi ke mesin, bukan SDM-nya," ujar Eko Menurutnya, investor yang menang nantinya dijanjikan akan mendapat pengembalian modal yang menguntungkan. "Tentunya dibagi juga dengan Pemprov DKI Jakarta. Tinggal memadukan kemampuan Pemprov DKI Jakarta dan swasta. Yang jelas harus win-win solution," ucapnya. Eko mengatakan pemanfaatan teknologi tinggi untuk mengelola sampah Jakarta sudah sangat mendesak. "Tahun 2008 kita sudah harus siap dengan teknologi tinggi seperti composting. Kita di Indonesia ini masih ketinggalan. Buktinya sampah kita masih mencemari lingkungan," ungkapnya. Berdasarkan rencana induk pengelolaan sampah yang dimiliki Dinas Kebersihan Kota Jakarta, dalam jangka waktu 1987-2005 seharusnya DKI memiliki dua stasiun peralihan sementara (SPA) besar dan 13 SPA kecil yang diangkut menggunakan truk. Selain itu, di wilayah Barat terdapat TPA Ciangir di kawasan Tangerang dan di wilayah Timur terdapat TPA Bantargebang di kawasan Bekasi dengan sistem sanitary landfill. Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta, volume sampah di Jakarta dalam satu hari mencapai 6.000 ton per hari. "Teknlogi yang kita butuhkan nantinya harus bisa membuat titik-titik pengolahan sampah yang disebar di dalam kota," jelas Eko. Dengan demikian, lanjutnya, setidaknya 50% dari volume sampah keseluruhan bisa dikelola di dalam kota. "Jadi tidak harus ke Bantargebang." (BT/Ssr/J-4) Post Date : 07 Desember 2007 |