Jakarta, KompasKetersediaan air bersih di Ibu Kota harus diperhatikan. Untuk menjamin pasokannya, paling tidak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pemerintah pusat dalam tiga tahun ke depan dapat melakukan pipanisasi air dari Waduk Jatiluhur ke Jakarta, membangun dua sifon atau terowongan bawah sungai, dan memasang pintu air di Kanal Timur.
Usul ini disampaikan Ketua Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta Irzal Jamal, Rabu (7/7) di Jakarta Pusat. Menurut dia, produksi maksimal air bersih di Jakarta baru mencapai 17.700 liter per detik. Jumlah itu belum mampu memenuhi kebutuhan 80 persen warga yang membutuhkan 35.800 liter per detik. Dampaknya, krisis air yang lebih parah sedang menanti karena jumlah penduduk terus bertambah dan produksi air bersih stagnan.
Pipa
Membangun pipa air sejauh 78 kilometer dari Waduk Jatiluhur adalah langkah pertama yang paling mahal, tetapi mampu menambah pasokan air 4.000 liter per detik bagi Jakarta. Air yang dikirimkan adalah air bersih atau air minum, bukan air baku karena sudah diolah di waduk.
Biaya pembangunan jaringan pipa itu diperkirakan mencapai Rp 4 triliun. Pemprov DKI, kata Irzal, harus mendirikan BUMD dan menggandeng investor untuk mengelola pipa itu karena pasti menghasilkan keuntungan besar bagi pemerintah.
Anggota BR PAM, Firdaus Ali, mengatakan, langkah kedua yang mungkin dilakukan pemerintah pusat adalah membangun dua sifon di saluran Tarum Kanal Barat yang mengarah ke Jakarta. Kedua sifon itu perlu dibangun untuk menghindari tabrakan air baku yang bersih dari Waduk Jatiluhur dengan air Kali Bekasi dan Kali Cikarang yang kotor.
Tabrakan air itu membuat kuantitas air baku ke Jakarta menjadi tidak stabil. Kualitas air baku juga turun dari tingkat satu menjadi tingkat empat.
Sifon bernilai ratusan miliar rupiah itu dapat mengamankan kualitas dan kuantitas pasokan air baku ke Jakarta. Penambahan pasokan dari Waduk Jatiluhur juga dapat dilakukan jika saluran itu tidak bersimpangan dengan sungai.
Langkah ketiga, Pemprov DKI harus mampu menggunakan sungai yang mengalir ke Jakarta sebagai sumber air baku. Kanal Timur adalah sumber air baku dalam kota yang paling mungkin dimanfaatkan.
Dengan memasang dua pintu air, di ujung dekat laut dan di tengah kanal, air Kanal Timur dapat digunakan sebagai cadangan air baku. Tingkat kekeruhannya dapat dikendalikan di pangkal kanal.
Syahril Japarin, Direktur Utama PT Aetra Air Jakarta, mitra PAM Jaya, menyambut baik ide penggunaan air Kanal Timur sebagai cadangan air baku. Dalam kondisi penuh, air Kanal Timur dapat menjadi cadangan air baku selama 10 hari. ”Pemprov DKI hanya membutuhkan Rp 200 miliar untuk membangun dua pintu air di Kanal Timur,” katanya.
Sementara itu, untuk memperbaiki layanan bagi pelanggan di selatan Jakarta Timur, PT Aetra membangun dua pompa tekan (inline booster pump/IBP) berkapasitas 1.000 liter per detik di sekitar Jalan Raya Kalimalang Ujung Halim, Jakarta Timur.
Sekretaris Perusahaan PT Aetra Yosua L Tobing mengatakan, kedua IBP itu dapat meningkatkan tekanan air di 15 kelurahan, dari Cililitan sampai ke Cibubur. (ECA/COK)
Post Date : 08 Juli 2010
|